(Renungan) Kekuatan Doa
Kekuatan Doa
(Cecilia Hesti Prayoganingsih)
Kalender Liturgi Senin, 24 Februari 2025
Bacaan Pertama : Sir. 1:1-10
Mazmur Tanggapan : Mzm. 93:1ab. 1c-2. 5
Bacaan Injil : Mrk. 9:14-29
Kisah Injil hari ini menceritakan seorang ayah yang melakukan segala cara untuk menyembuhkan anaknya dari kerasukan roh yang membuatnya bisu. Yesus adalah harapannya terakhir agar anaknya dapat sembuh. Namun, karena saat itu ia tidak bisa bertemu Yesus akhirnya ayah ini minta tolong kepada murid-murid Yesus. Sayang, usaha para murid ini gagal. Tentu situasi ini membuat sang ayah gundah, padahal murid-murid Yesus saat itu dikenal dapat mengusir roh jahat.
Saat Yesus datang, roh itu malah mengguncang-guncangkan anak itu sehingga ia terpelanting ke tanah, terguling-guling dan mulutnya berbusa. Orang tua mana yang tidak tertekan dan bingung bila melihat kondisi anaknya seperti itu. Dalam kegundahannya, sang ayah minta tolong kepada Yesus untuk berbuat sesuatu. Walaupun Yesus sempat menegur ayah ini karena terkesan kurang percaya pada-Nya, namun karena belas kasih-Nya Yesus mengusir roh dari tubuh anak itu dan ia pun sembuh. Setelah semua orang pergi, murid-murid bertanya mengapa mereka tidak dapat mengusir roh. Yesus menjawab, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa."
Saat itu mungkin murid-murid Yesus merasa terlalu percaya diri pada kekuatan mereka untuk mengusir roh, namun malah gagal. Yesus mengingatkan untuk berdoa. Doa bukan sekedar kata-kata, namun merupakan ungkapan iman dan kebergantungan pada kuasa Allah. Doa adalah bentuk keyakinan manusia untuk tidak mengandalkan kekuatan sendiri, namun pada kehendak Allah.
Saya mengalami situasi seperti itu di tahun 2016-2020, saat menghadapi ayah saya yang mengalami demensia. Selain halusinasi yang dialaminya, juga banyak kejadian di luar nalar terjadi di depan mata saya. Kejadian-kejadian ini membuat saya sangat tertekan. Di awal tahun 2020 kakak saya menyarankan agar saya lebih kuat dalam berdoa. Teman-teman satu lingkungan dan wilayah, serta prodiakon dan Legio Maria dari paroki juga bergantian mendoakan. Dan ayah saya pergi dengan tenang tepat 2 minggu sebelum masa Pandemi Covid-19 resmi diumumkan di Indonesia.
Ternyata doa adalah jawabannya. Masihkah kita malas untuk berdoa?
Doa:
Ya Allah Bapa Yang Maha Rahim, berilah kami kerendahan hati sehingga kami tidak menjadi pribadi yang sombong, namun tetap menyerahkan diri kami pada kehendak-Mu. Mohon bimbingan Roh Kudus-Mu agar kami tetap setia berdoa agar kami semakin dekat denganMu. Amin.
(Cecilia Hesti Prayoganingsih)
Jawab-Nya kepada mereka, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa."
(Mrk. 9:29)
Kalender Liturgi Senin, 24 Februari 2025
Bacaan Pertama : Sir. 1:1-10
Mazmur Tanggapan : Mzm. 93:1ab. 1c-2. 5
Bacaan Injil : Mrk. 9:14-29
Kisah Injil hari ini menceritakan seorang ayah yang melakukan segala cara untuk menyembuhkan anaknya dari kerasukan roh yang membuatnya bisu. Yesus adalah harapannya terakhir agar anaknya dapat sembuh. Namun, karena saat itu ia tidak bisa bertemu Yesus akhirnya ayah ini minta tolong kepada murid-murid Yesus. Sayang, usaha para murid ini gagal. Tentu situasi ini membuat sang ayah gundah, padahal murid-murid Yesus saat itu dikenal dapat mengusir roh jahat.
Saat Yesus datang, roh itu malah mengguncang-guncangkan anak itu sehingga ia terpelanting ke tanah, terguling-guling dan mulutnya berbusa. Orang tua mana yang tidak tertekan dan bingung bila melihat kondisi anaknya seperti itu. Dalam kegundahannya, sang ayah minta tolong kepada Yesus untuk berbuat sesuatu. Walaupun Yesus sempat menegur ayah ini karena terkesan kurang percaya pada-Nya, namun karena belas kasih-Nya Yesus mengusir roh dari tubuh anak itu dan ia pun sembuh. Setelah semua orang pergi, murid-murid bertanya mengapa mereka tidak dapat mengusir roh. Yesus menjawab, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa."
Saat itu mungkin murid-murid Yesus merasa terlalu percaya diri pada kekuatan mereka untuk mengusir roh, namun malah gagal. Yesus mengingatkan untuk berdoa. Doa bukan sekedar kata-kata, namun merupakan ungkapan iman dan kebergantungan pada kuasa Allah. Doa adalah bentuk keyakinan manusia untuk tidak mengandalkan kekuatan sendiri, namun pada kehendak Allah.
Saya mengalami situasi seperti itu di tahun 2016-2020, saat menghadapi ayah saya yang mengalami demensia. Selain halusinasi yang dialaminya, juga banyak kejadian di luar nalar terjadi di depan mata saya. Kejadian-kejadian ini membuat saya sangat tertekan. Di awal tahun 2020 kakak saya menyarankan agar saya lebih kuat dalam berdoa. Teman-teman satu lingkungan dan wilayah, serta prodiakon dan Legio Maria dari paroki juga bergantian mendoakan. Dan ayah saya pergi dengan tenang tepat 2 minggu sebelum masa Pandemi Covid-19 resmi diumumkan di Indonesia.
Ternyata doa adalah jawabannya. Masihkah kita malas untuk berdoa?
Doa:
Ya Allah Bapa Yang Maha Rahim, berilah kami kerendahan hati sehingga kami tidak menjadi pribadi yang sombong, namun tetap menyerahkan diri kami pada kehendak-Mu. Mohon bimbingan Roh Kudus-Mu agar kami tetap setia berdoa agar kami semakin dekat denganMu. Amin.
Komentar
Posting Komentar