(Renungan) Arogansi

Arogansi 
(Erick Stefanus Jahja)


Yesus menjawab mereka, "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan orang- orang yang menyertainya lapar,
(Luk. 6:3)


Kalendar Liturgi Sabtu, 7 September 2024
Bacaan Pertama :  1Kor. 4:6b-15
Mazmur Tanggapan : Mzm. 145:17-18. 19-20. 21
Bacaan Injil : Luk. 6:1-5


Bacaan pertama maupun Injil hari ini berkaitan dengan perilaku arogansi yang cenderung timbul karena kedudukan, kekayaan, kemampuan atau pengetahuan yang lebih daripada sesama lainnya.

Dalam bacaan pertama, Paulus menegaskan pentingnya untuk merendahkan diri kepada umat di Korintus sebagai Kristen Perdana yang pada saat itu menjadi arogan karena merasa telah memiliki semuanya; kaya dalam segala perbendaharaan rohani dan intelektual, serta merasa sudah diberi kekuatan untuk berkuasa. Hal ini tidak selaras dengan tujuan pelayanan yang sejati dan murni.

Arogansi pun muncul kembali dalam bacaan Injil dalam sosok orang Farisi yang mempersoalkan para murid Yesus yang memetik bulir-bulir gandum, menggisarnya dengan tangan dan memakannya pada hari Sabat. Orang Farisi merasa lebih berpengetahuan dalam hukum Taurat. Yesus mempertanyakan mereka tentang peristiwa saat Daud dan pengikutnya lapar dan makan makanan yang sebenarnya hanya diperuntukkan bagi imam-imam saja. Tindakan Daud dan pengikutnya itu tidak diperbolehkan menurut aturan Taurat namun tidak dipersalahkan karena ada nilai yang lebih berarti, yaitu memelihara kehidupan di mana Daud dan pengikutnya memiliki tenaga untuk melanjutkan perjalanan.

Yesus sebagai Tuan atas hari Sabat, yang sebenarnya lebih berhak untuk menghukum, namun lebih bijak daripada orang Farisi yang merasa tahu semua hukum Taurat namun ternyata lupa akan kisah pelanggaran Daud.

Saya teringat perintah untuk mencintai Tuhan Allah dan juga sesama manusia. Tidaklah mungkin mencintai Allah yang tak terlihat bila tidak mencintai sesama manusia yang saat itu membutuhkan makanan untuk hidup.

Banyak pribadi menjadi arogan tanpa disadari pada zaman ini apalagi bila menjabat kedudukan dalam organisasi, perusahaan dan masyarakat. Yesus memberikan teladan sebagai seorang yang penuh kuasa atas segala sesuatu namun memilih bersikap toleransi terhadap setiap orang yang dijumpai, bahkan terhadap para pendosa yang justru diterima dengan tangan terbuka agar terjadi penyelamatan. Marilah sebagai pengikut Yesus menjadi pelayan dan bukan penilai kepada sesama.


Doa:

Bapa, janganlah biarkan saya merasa lebih tahu segalanya, lebih bisa segalanya, hingga merendahkan sesama, terlebih mereka yang lemah dan dalam kesusahan. Biarlah saya belajar dan berubah untuk melayani dengan kerendahan hati terhadap sesama, tanpa memandang status sosial yang ada. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang