(Renungan) Lambat Menghakimi, Cepat Memaklumi

Lambat Menghakimi, Cepat Memaklumi
(Alberta)


Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
(Luk. 6: 41)     


Kalender Liturgi Jumat, 13 September 2024
Bacaan Pertama : 1Kor. 9:16-19. 22b-27
Mazmur Tanggapan : Mzm. 84:3. 4. 5-6. 12
Bacaan Injil : Luk. 6:39-42

Dua acara “infotainment” stasiun televisi RCTI dengan rating tertinggi di Indonesia adalah Silet dan Barista (Berita Artis Ternama). Hal ini membuktikan sifat keingintahuan manusia sangat besar. Tentu saja sifat keingintahuan ini tidak bermasalah, sepanjang mengarah pada hal-hal positif. Sifat ini menjadi tidak baik apabila mengarah pada hal-hal negatif, seperti mencari tahu hal-hal yang sebenarnya bukan urusannya. Bahkan lebih parah lagi seringkali berakhir dengan sikap menghakimi.

Kenyataan sikap menghakimi seringkali dijumpai dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam pergaulan di kantor, saya bertemu dengan seorang teman yang  sering berkata kasar kepada siapa saja. Ia melakukannya bila ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Akibatnya, banyak orang yang tidak suka dengan gayanya yang otoriter termasuk saya sendiri. Tetapi setelah mengetahui latar belakangnya dari keluarga yang kurang harmonis, saya mulai bisa memaklumi sikapnya yang kasar. 

Seperti perumpamaan yang disampaikan Yesus dalam Injil Lukas 6: 41 : Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Artinya kita tidak boleh terlalu cepat menilai seseorang atas perbuatannya sebelum mencoba mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Sikap menghakimi tidak menyelesaikan masalah karena tidak akan pernah bisa merubah karakter seseorang menjadi lebih baik. Hanya Tuhan yang berhak menghakimi.

Sebuah ungkapan Bunda Teresa yang terkenal : “Jika anda menilai seseorang, anda tidak mempunyai waktu untuk mencintai mereka.” Mengasihi sesama merupakan bagian dari penginjilan yang harus kita lakukan selama hidup di dunia ini. Maka memberitakan Injil membutuhkan kerendahan hati, yaitu menjadikan diri kita hamba semua orang. Supaya dapat memenangkan orang sebanyak mungkin. Dengan demikian, kita berlari dengan tujuan memberitakan kabar suka cita untuk memperoleh mahkota abadi pada akhirnya.


Doa:

Bapa, berikanlah kepada kami hati yang mengasihi dengan tulus hati, seperti Engkau yang terlebih dahulu mengasihi kami. Curahkanlah kuasa Roh Kudus bagi kami dalam setiap pelayanan yang dipercayakan kepada kami, supaya banyak orang yang mengalami kasih-Mu. Dimuliakanlah nama-Mu untuk selama-lamanya. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang