(Renungan) Pendengar dan Pelaku Firman Allah

Pendengar dan Pelaku Firman Allah 
(C. Hudianto) 


Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” 
(Luk. 11:28)


Kalender Liturgi Sabtu, 12 Oktober 2024 
Bacaan Pertama : Gal. 3:22-29 
Mazmur Tanggapan : Mzm. 105:2-3. 4-5. 6-7 
Bacaan Injil : Luk. 11:27-28 

Bacaan Injil hari ini terdiri dua ayat mengenai makna kebahagiaan. Yesus menghargai dan menghormati arti kebahagiaan dari seorang perempuan menurut akal budi dan kriteria duniawi. Kebahagian semacam itu bersifat sementara, dan ini memberi kesempatan Yesus mengajarkan mengenai kedalaman arti, ukuran, dan syarat untuk kebahagiaan sejati.

Yesus mengajarkan, kebahagian sejati ialah seseorang yang mau mendengarkan dan memelihara dengan melakukan firman Allah. Pada kesempatan lain, Yesus memberikan wejangan, “Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (Mat. 13:16). Kedua pengertian tersebut, dengan ukuran bila kita hidup disatukan dalam iman akan Yesus Kristus sebagai keluarga besar yang berpusat pada Allah Bapa di surga. Syaratnya ialah adanya keserasian hati, pikiran, dan tindakan dengan kehendak Allah. Ini tercermin dari setiap aspek kehidupannya yang beralaskan firman-Nya.

Contoh kebahagian sejati di atas melalui sikap batin Bunda Maria setelah mendengar firman Allah. Ia menerima dan mengandung dari Roh Kudus dengan menyatakan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk. 1:38). Karenanya, Allah melihat sikap Bunda Maria yang rendah hati, taat, dan tulus untuk melaksanakan kehendak Bapa. Maka, “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (Luk. 1:48). Itulah yang disebut kebahagiaan sejati, yang dengan kepenuhannya Bunda Maria diangkat dan dimahkotai di surga.

Penulis mengambil kisah Rut sebagai pengalaman kebahagiaan sejati. Diawali ketika keluarga Naomi pergi ke Moab. Di Moab, anaknya, Malon, menikah dengan Rut, perempuan setempat. Namun, suami dan kedua anak Naomi meninggal. Akhirnya Naomi dan Rut kembali ke Betlehem. Rut menikah dengan Boas, keponakan Naomi. Kemudian mereka mempunyai anak laki-laki bernama Obed, dan dialah yang kemudian sebagai ayah Isai, kakek raja Daud (Luk. 1:5-6). Naomi, Rut, dan Boas mengalami puncak kebahagiaan sejati ketika menjadi bagian dari silsilah Yesus Kristus.

Mari menyendengkan telinga hati, agar mampu mendengar kehendak Allah dan dengan setia mewujudkannya melalui perilaku kita sehari-hari! Niscaya kita akan merasakan kebahagian sejati.


Doa:

Ya Allah Maha Kasih, bimbinglah hamba-Mu ini agar mampu meneladani Bunda Maria, sebagai pendengar dan pelaku firman Allah; juga meneladan Rut yang dipilih Allah menjadi bagian kehidupan Yesus. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang