(Renungan) Amazing Grace

Amazing Grace
(Klara Yanti Suryat)


Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.
(Mrk. 12:33)


Kalender Liturgi Minggu, 3 November 2024
Bacaan Pertama : Ul. 6:2-6
Mazmur Tanggapan : Mzm. 18;2. 3-4. 47. 51ab
Bacaan Kedua: Ibr. 7:23-28
Bacaan Injil : Mrk. 12:28b-34


Seorang ahli Taurat tertarik dengan jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang Saduki. Ia datang kepada Yesus dan bertanya mengenai hukum mana yang paling utama. Yesus memberikan jawaban, bahwa hukum pertama: "Kasihilah Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan" dan hukum kedua: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" Kedua hukum ini lebih utama daripada semua korban bakaran dan sembelihan. Dengan bijaksana, ahli Taurat itu membenarkan ucapan-Nya dan Yesus mengatakan bahwa ia tidak jauh dari kerajaan Allah.

Merenungkan hal kasih dan korban bakaran, aku teringat ketika anak-anak masih kecil. Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta, bertugas mengurus pembukuan pajak. Bila ada permasalahan dengan aparat pemerintahan, tugasku entertaint aparat, menyelesaikan dan mencari solusi; walau terkadang dengan cara yang tidak jujur yang tidak sesuai dengan hati nurani. Aku merasa menyesal atas apa yang telah aku lakukan. Sebagai ungkapan penyesalan atas dosa-dosa pekerjaan yang kulakukan, setiap Minggu aku tidak pernah bolos pergi ke gereja. Namun, pergi ke gereja bagiku menjadi sebuah ritual untuk mengaku dosa dan memberikan persembahan. Ketika Senin tiba, aku mulai bergelimang dengan dosa. Aku bagaikan orang Saduki, yang sangat dekat dengan imam, dan berpendapat bahwa yang paling penting adalah pergi ke Bait Allah dan mempersembahkan korban bakaran.

Luput dari kurban kerusuhan Mei 1998 menjadi titik awal pertobatanku. Aku tinggalkan semua pekerjaan dan memulai hidup baru. Dengan membuka perusahaan sendiri, aku lebih bisa mengatur waktu untuk pelayanan di keluarga dan lingkungan. Mulai saat itu, aku belajar untuk mengasihi Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati. Aku tinggalkan perbuatan yang buruk yang telah mengecewakan Tuhan.

Setelah tiga puluh delapan tahun berjalan, kini aku merasakan bahwa keluargaku dipenuhi kasih Tuhan, diberkati dan mendapatkan kelimpahan akan perlindungan-Nya. Janji Tuhan  benar-benar ajaib dan tidak bisa dihitung dengan logika manusia … amazing grace!

Mari kita memohon rahmat-Nya, agar kita dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan dan mampu mengasihi sesama!

Doa:
Terima kasih Tuhan akan janji-Mu dan kasih setia-Mu yang berlimpah. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah