(Renungan) Syarat Mengikut Kristus

Syarat Mengikut Kristus
(Kayus Mulia)


“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.
(Luk. 14:26-27)

 
Kalender Liturgi Rabu, 6 November 2024
Bacaan Pertama : Flp. 2:12-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 27:1. 4. 13-14
Bacaan Injil : Luk. 14:25-33


Dalam perjalanan-Nya mewartakan kerajaan Allah, Yesus selalu diikuti banyak orang. Mereka ingin menjadi murid-Nya karena membayangkan hidup tanpa masalah sebagai murid Yesus. Bukankah mereka telah menyaksikan sendiri bagaimana Yesus mengusir roh-roh jahat dan bersama lima ribu orang lainnya? Mereka juga telah makan roti dan ikan sampai kenyang, yang bermula dari hanya dua potong roti dan lima ekor ikan saja? Apakah mengikuti Yesus bisa berarti hidup tanpa masalah dan dengan perut yang selalu kenyang?

Yesus yang mengetahui pikiran mereka, membuyarkan impian dan harapan  mereka akan suatu hidup yang mudah dan tanpa masalah jika menjadi murid-Nya. Yesus menyebutkan syarat yang justru terdengar seperti berlawanan dengan hukum Taurat: membenci orang tua dan anak-anak.

Aku teringat almarhumah ibuku. Ibu rajin ke gereja dan aku tidak ingat apakah ibu pernah dibaptis. Pernah pada suatu hari Minggu, ibu mempersiapkan “barisan anak-anaknya” (kami lima bersaudara pada waktu itu, yang menjadi tujuh, dua tahun kemudian) untuk pergi ke gereja. Aku waktu itu berusia sekitar 10 tahun, masih sibuk dengan kelerengku, dan tidak mau pergi ke gereja. Setelah diteriaki dari pelan sampai keras dan aku masih sibuk bermain dengan kelereng; ibu habis kesabarannya dan memukulku dengan gagang bulu ayam (kemoceng) yang terbuat dari rotan. Itulah sekali-kalinya yang aku ingat, ibu menggunakan rotan untuk memukulku. Hal ini mengingatkanku setiap kali membaca Amsal, bahwa rotan adalah tanda kasih.

“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya, tetapi siapa yang mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktuya” (Ams. 13:24). 

Menjadi murid Yesus berarti berani meninggalkan cara hidup lama; yang lebih mengarah pada kepentingan diri sendiri dan kenyamanan, tanpa menghitung-hitung untung rugi. Memusatkan hidup hanya pada jalan Allah. 

Memikul salib berarti rela menanggung penderitaan, persekusi, bahkan kematian sebagai konsekuensi mengikut Yesus sebagaimana yang dilakukan para murid Yesus dan martir yang kemudian diakui Gereja sebagai orang kudus.

Maukah kita melakukan semua itu sebagai murid-murid Yesus?

Doa : 
Tuhan Yesus, berjalanlah bersamaku dalam perjalananku memikul salib. Sertailah aku, supaya aku dapat bangkit pula bersama Engkau, demi Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah