(Renungan) Mengasihi Allah yang Tidak Terlihat

Mengasihi Allah yang Tidak Terlihat
(Kayus Mulia)


Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah Yang tidak dilihatnya. 
(1Yoh. 4:20)


Kalender Liturgi Kamis, 9 Januari 2025
Bacaan Pertama : 1Yoh. 4:19-5:4
Mazmur Tanggapan : Mzm. 72:1-2. 14-15bc. 17
Bacaan Injil : Luk. 4:14- 22a


Mengasihi Allah yang tidak terlihat? Bahkan mengasihi sesama yang terlihat saja kita masih menghadapi kesulitan! Bagaimana pula mengasihi Allah yang tidak terlihat? Bahkan manusia pertama sudah melanggar perintah Allah secepat Allah hilang dari pandangan mata mereka. Mereka melanggar satu-satunya larangan yang baru saja Allah berikan kepada mereka yaitu memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. (bdk. Kej. 2:16-17).

Rasul Yohanes dalam surat pertamanya, memberi petunjuk bagaimana menyembah Allah yang tidak terlihat; yaitu pertama-tama dengan jujur dan tulus hati mengakui bahwa Allah telah lebih dulu mengasihi kita. Selanjutnya karena kasih Allah yang kita alami ini, Roh Kudus membantu dan mendorong kita dengan sukacita melakukan segala perintah-Nya. Serta dengan hati bersih kita tergerak mengasihi sesama kita. 

Mengasihi Allah yang tidak terlihat, membutuhkan kejujuran, karena hanya melibatkan diri kita sendiri dan Allah yang memang tidak tampak. Allah yang hanya dapat kita rasakan melalui roh dan kebenaran (bdk. Yoh. 4:24). Karena begitu pentingnya, maka kejujuran adalah sesuatu yang harus ditanamkan sejak dini, karena manusia memiliki kecenderungan melawan Allah dan perintah-Nya.

Di Jakarta terdapat sebuah lembaga pendidikan berdasarkan iman Katolik khusus wanita, yang menanamkan kejujuran tanpa kompromi (zero tolerance), salah satunya dalam hal menyontek. Siswi yang ketahuan menyontek akan dikeluarkan dari sekolah setelah sebelumnya diberi peringatan satu kali, sekalipun itu dalam masa ujian akhir. Menyontek adalah permulaan segala kejahatan, di mana menyontek berawal dari sifat tidak jujur terhadap diri sendiri terlebih dahulu.

Bagi sekolah lain, ini terlihat seperti berlebihan, sebab bukankah menyontek adalah hal yang lumrah terjadi di sekolah? Tapi justru dengan menekankan pendidikan awal yang super ketat, sekolah ini mendidik pelajar-pelajar menjadi manusia-manusia yang berdisiplin dan bertanggung jawab di kemudian hari.

Sikap yang menjunjung tinggi kejujuran; jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap sesama dan jujur kepada Tuhan adalah salah satu cara mengasihi Allah yang tidak terlihat.

Doa: 
Ya Tuhan, tuntunlah aku untuk selalu mengasihi-Mu dan dapat selalu berlaku jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap sesama, dan jujur terhadap Tuhan. Amin.

(Mengenang Sr. Francesco Marianti OSU, pendidik legendaris Sekolah Santa Ursula, zero tolerance untuk menyontek, 1934- 2024)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah