(Renungan) Takut

Takut 
(Yohanna Fransisca Tjen Nonie)


Ia segera berkata kepada mereka, “Tenanglah, ini Aku; jangan takut!"
(Mrk. 6:50b)


Kalender Liturgi Rabu, 8 Januari 2025
Bacaan Pertama : 1Yoh. 4:11-18 
Mazmur Tanggapan : Mzm. 72:1-2. 10-11. 12-13
Bacaan Injil : Mrk. 6:45-52 


Saya baru saja mengalami kejadian yang menimbulkan rasa takut. Kejadian ini membuat saya berpikir, mengapa saya takut seperti orang tidak beriman?

Suatu hari, saya diminta ke sekolah menjemput cucu yang kelas 6 SD. Saya datang ke aula sekolah dan keadaannya ramai. Mereka sedang mengadakan bazar SMP dan SMA, sehingga anak SD tidak bisa keluar melalui aula. Ketika itu saya tidak bisa bertemu dengan cucu, hingga saya panik dan merasa takut. Sudah lebih 45 menit saya mondar-mandir ke gedung SD dan balik ke aula dengan hati yang kalut, karena berjanji bertemu cucu di aula. 

Saya menangis dalam diam setelah melaporkan hal ini ke pihak sekolah. Namun karena suasana sangat ramai, mereka kesulitan mengatasinya segera. Saya semakin merasa takut dan gemetar. Saya teringat janji Tuhan bahwa saya tidak sendirian, lalu saya ke pojok aula dan berdoa tiga Salam Maria.

Kemudian saya membuka mata dan melihat satpam yang sudah saya kenal sejak cucu saya TK. Dia berlari menghampiri. “Oma... Apa cucunya sudah ketemu?"  Saya menjawab, “Belum.” Si satpam berkata lagi, "Saya cari ke depan ya?" Tak lama, dia kembali dengan menggandeng cucu saya.

Pengalaman ketakutan ini sama dengan yang dialami para murid. Mereka tidak bisa berpikiran jernih sewaktu melihat sosok bayangan berjalan di atas air. Mereka ketakutan dan mengira sosok itu hantu. Padahal Yesus sendiri datang hendak menolong mereka. Namun para murid takut karena tidak mengenal sosok yang berjalan di atas air itu, sehingga Yesus mengatakan, “Tenanglah, ini Aku; jangan takut!” Ketika Yesus naik ke perahu serta angin menjadi reda, barulah mereka merasa tenang.

Ketakutan ini disebabkan kedegilan hati, walaupun para murid sudah menyaksikan mukjizat Yesus yang telah memberi makan lima ribu orang pada siangnya. Mereka masih belum mengerti dan tetap merasa takut.

Sebenarnya, seberapa besarkah iman kita, hingga masih kurang percaya kepada Dia yang telah mengasihi dan meyelamatkan kita?

Doa:
Allah Bapa yang Maha Baik, mohon ampuni hamba-Mu ini, yang kurang iman kepada-Mu. Teruslah berjalan denganku sampai nanti. Terima kasih Tuhan. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah