(Renungan) Tetaplah Berbuat Baik!

Tetaplah Berbuat Baik!
(Alberta)


Kemudian kata-Nya kepada mereka, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?’’ 
Namun, mereka diam saja.
(Mrk. 3:4)


Kalender Liturgi Rabu, 22 Januari 2025
Bacaan Pertama : Ibr. 7:1-3,15-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 110:1. 2. 3. 4
Bacaan Injil : Mrk. 3:1-6


Sebelum melangsungkan acara pernikahan kami dulu, keluarga mengadakan acara malam midodareni di rumah sepasang suami istri yang bermurah hati meminjamkan tempat tinggalnya. Kami sudah mengganggap mereka sebagai orang tua sendiri. 

Mereka mempunyai anak perempuan yang masih lajang. Ada anggota keluarga berkomentar bahwa menurut tradisi Jawa, tidak diperbolehkan mengadakan acara midodareni di rumah orang yang mempunyai anak perawan, dengan alasan nanti akan berat jodohnya. Tetapi karena mereka mempunyai tujuan yang baik untuk mendoakan kami menjelang hari pernikahan, maka acara midodareni tetap dilaksanakan. Di kemudian hari, hal yang dikhawatirkan itu tidak terjadi karena anak perempuannya itu mendapat jodoh dan menikah serta dikaruniai seorang anak laki-laki.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang belas kasih Yesus pada kepada orang yang mati tangan kanannya. Itu terjadi pada hari Sabat. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat, hari Sabat adalah istirahat total. Bekerja pada hari Sabat adalah hal yang tabu. Hukum melarang orang untuk bekerja pada hari Sabat. Menyembuhkan termasuk kategori bekerja dan dilarang hukum Taurat. Padahal di rumah ibadat itu ada orang yang sudah lama mati tangan kanannya. Lalu apa yang dilakukan Yesus? 

Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan saat melihat orang menderita. Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya meskipun pada hari Sabat dan menegaskan bahwa hari Sabat harus digunakan dengan baik untuk kemuliaan Allah dan keselamatan umat-Nya. Berbuat baik atau berkarya untuk orang yang sedang menderita janganlah dipermasalahkan karena peraturan. 

Yesus menggugah hati nurani, hukum dan peraturan, untuk melihat lebih pada tujuan dari tindakan, sehingga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan itu bergantung pada tujuan dari tindakan, bukan sekedar pada aturan. Tindakan menyembuhkan orang pada hari Sabat itu termasuk perbuatan baik yang menyelamatkan nyawa orang. Yesus pernah berkata, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” (Mrk. 2:27)

Apakah perbuatan kita lebih banyak didorong oleh aturan atau belas kasihan? 

Doa:
Ya Tuhan Yesus, lingkupi kami dengan kasih-Mu supaya hati kami senantiasa tergerak oleh belas kasihan kepada yang lemah dan miskin. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Libatkanlah Allah