(Renungan) Yohanes Pembabtis dan Gereja
Yohanes Pembaptis dan Gereja
(Thomas Hari Hartanto)
(Thomas Hari Hartanto)
Yang punya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki. Namun, sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
(Yoh. 3:29)
Kalender Liturgi Sabtu, 11 Januari 2025
Bacaan Pertama : 1Yoh. 5:14-21
Mazmur Tanggapan : Mzm. 149:1-2. 3-4. 5. 6a. 9b
Bacaan Injil : Yoh. 3:22-30
Sungguh menarik apa yang dikatakan Yohanes sebelumnya, dengan memposisikan dirinya lebih rendah dari seorang budak di hadapan Yesus, yang salah satu tugasnya adalah membuka tali kasut tuannya. Pada perikop ini, Yohanes memposisikan dirinya sebagai sahabat.
Dalam tradisi Yahudi, seorang sahabat mempelai pria mempunyai peran penting dalam sebuah perkawinan. Dari sejak persiapan, pada saat pesta dan sesudah pesta pernikahan, dia sepenuhnya terlibat. Kitab Suci menggambarkan bangsa Israel sebagai mempelai perempuan dari Yahwe-sang mempelai laki-laki. Yohanes ingin mengatakan bahwa Yesus adalah mempelai laki-laki bangsa Israel, Ia berasal dari Yahwe.
Ia ingin menegaskan, bahwa hari Tuhan yang telah dinubuatkan oleh para nabi; sedang digenapi dengan kehadiran Tuhan Yesus di dunia ini. Inilah saatnya pesta pernikahan Anak Domba, dan dia bersukacita karena telah diikutsertakan sebagai sahabat mempelai laki-laki. Sungguh luar biasa baginya, menyadari bahwa sebagai ciptaan yang hina di hadapan Tuhannya, ia telah diikutsertakan dalam awal karya keselamatan sebagai rekan sekerja.
Yohanes Pembaptis boleh jadi merupakan tipologi dari Gereja saat ini. Melalui kerapuhan dan ketidakpantasan manusia, Tuhan berkarya melampaui ruang dan waktu. Dimulai dengan dua belas murid hingga menjadi lebih dua miliar orang yang percaya kepada-Nya. Tepat seperti disabdakan-Nya: sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan.
Sama seperti Yohanes yang berseru di padang gurun untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan, "Gereja" juga tak henti-hentinya mewartakan kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini. Seruan itu seringkali terdengar melampaui batas tembok gereja. Kadang-kadang suaranya samar, di lain waktu nyaring terdengar. Lihatlah bagaimana kalender Gregorian telah menjadi pedoman waktu dunia, perayaan Natal telah menjadi suatu perayaan global. Bahkan kehadiran Paus Fransiskus juga dirasakan sebagai suara "Gereja" yang berseru dari padang gurun kehidupan. Setiap kali orang mau mendengar panggilan-Nya dan kemudian dibaptis, seakan mengingatkan kita apa yang telah dilakukan oleh Yohanes di masa lalu.
Marilah kita ambil bagian dalam karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam 'Gereja-Nya"!
Doa:
Ya Tuhan, tumbuhkan semangat menggereja dalam hatiku dan berilah aku hati yang tulus untuk mengambil bagian di dalamnya. Semoga Gereja-Mu tetap setia menjadi saksi-Mu sampai akhir jaman. Amin.
Ya Tuhan, tumbuhkan semangat menggereja dalam hatiku dan berilah aku hati yang tulus untuk mengambil bagian di dalamnya. Semoga Gereja-Mu tetap setia menjadi saksi-Mu sampai akhir jaman. Amin.
Komentar
Posting Komentar