(Renungan) Mendamba Tuhan

Mendamba Tuhan
(Lyli Herijanto)


Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai, sesuai dengan firman-Mu,
sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu
(Luk. 2:29-30)


Kalender Liturgi Minggu, 2 Februari 2025
Bacaan Pertama : Mal. 3:1-4
Mazmur Tanggapan : Mzm. 24:7. 8. 9. 10
Bacaan Kedua : Ibr. 2:14-18 
Bacaan Injil : Luk. 2:22-40


Injil hari ini menceritakan peristiwa Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Bayi Yesus yang baru berumur 40 hari sudah diantar ke Bait Allah oleh orang tua-Nya, yang menaati perintah Allah bahwa setiap anak sulung harus dipersembahkan kepada Allah. Yusuf dan Maria menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua di hadapan Tuhan. Tanggung jawab ini mengungkapkan makna iman serta kepatuhan orang tua atas apa yang telah difirmankan dan ditetapkan Allah.

Di Bait Allah, bayi Yesus diperkenalkan melalui tanggapan tokoh-tokoh yang menyambut-Nya, yaitu dua sesepuh Yahudi, Simeon dan Hana. Mereka berdua adalah orang benar dan saleh yang hidup taat kepada Tuhan, seperti juga orang tua Yesus. Mereka mendambakan keselamatan sejati yang dijanjikan Allah. 

Meski belum pernah bertemu sebelumnya dengan bayi Yesus, Simeon yang dikaruniai Roh Kudus dan terbuka bagi sentuhan Roh Kudus digerakkan hatinya, sehingga menyadari kehadiran Yesus dan mengidentifikasi bayi Yesus sebagai Mesias dan Penyelamat. Simeon yang begitu mendamba dan merindukan Sang Penyelamat, berkesempatan melihat-Nya, meraba dan menggendong-Nya. Hal ini membawa rasa syukur sejati bagi Simeon yang diungkapkan sambil memuji Allah. Dalam nyanyian pujian itu, Simeon mengakui bahwa matanya telah melihat keselamatan Allah dalam diri bayi Yesus. Dengan ilham Roh Kudus, keselamatan Allah yang dibawa Yesus tidak hanya bagi orang Israel tapi terbuka bagi setiap orang/setiap insan. 

Setiap insan pasti memiliki dambaan dan impian. Berbagai upaya dilakukan untuk menggapai impiannya. Pencapaian target yang diinginkan dan keberhasilan meraih impian duniawi memberikan kebahagiaan dan kepuasan. Namun, sungguhkah kita puas dan merasa cukup dengan pencapaian sesaat itu? Ataukah kita akan selalu didera dengan keinginan-keinginan duniawi lainnya yang akhirnya membelenggu hidup kita?

Sebaliknya, kita diundang untuk meneladani hidup Yusuf, Maria, Simeon dan Hana, agar memiliki dambaan dan kerinduan tertinggi, yaitu berjumpa dan menyambut Yesus Sang Penyelamat sejati seperti yang dijanjikan Allah. Marilah kita memupuk kerinduan ini, senantiasa mempersembahkan diri dengan hidup dalam kesalehan dan melayani Tuhan!

Doa: 
Tuhan Yesus, semoga kami senantiasa mendamba dan merindukan-Mu, yang membuat kami setapak demi setapak semakin berani untuk mempersembahkan diri kami dan semakin setia melayani Engkau dan sesama kami. Amin.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Si Sulung yang Hilang

(Renungan) Berjalan dalam Genggaman Tuhan