(Renungan) Akan Menjadi Apa Anak Kita?

Akan Menjadi Apa Anak Kita?
(Ignasius Hardjo S.L.)



“Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Maha Tinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya,”
(Luk 1:76)



Kalender Liturgi Jumat, 24 Desember 2021
Bacaan pertama : 2 Sam 7: 1-5, 8b-12.16
Mazmur tanggapan : Mzm 89: 2-3, 4-5, 27, 29
Bacaan Injil : Luk 1: 67- 79


Dengan rasa bangga dan syukur, saya mengamati anak saya yang baru lahir. Bayi itu nampak sehat dan segar. Saya dan istri sekarang telah menjadi orang tua. Saya merasa bahagia, keluarga menjadi lengkap dengan kehadiran anak kami. Namun pada saat yang sama, saya menyadari bahwa ada tugas yang dipercayakan Allah untuk mendidik dan membesarkan anak ini. 

Banyak pembicaraan diantara kami berdua tentang nama dan harapan untuk bayi kecil ini. Saya bertanya kepada istri : ”Akan menjadi apa anak kita kelak?”. "Nama, harapan, tugas apa yang dapat disampaikan kepada anak kita?”. Akhirnya kami bersepakat untuk memberinya nama Yohanes Budiman (bukan nama sebenarnya). Yohanes artinya Allah yang berbelas kasihan, Budiman artinya orang yang berbudi. Dengan demikian anak ini diharapkan menjadi anak yang berbudi dan mempunyai belas kasih.  
Mungkin orang tua akan berharap anaknya menjadi orang yang berhasil, pengusaha, pejabat atau juara dalam olahraga. Benarkah kita berhak menentukan panggilan hidupnya ? Bagaimana jika Tuhan memanggilnya menjadi pastor, suster atau pekerja sosial, akankah kita kecewa?

Zakharia, ayah Yohanes pembaptis  terbebas dari kebisuannya, setelah menuliskan nama anaknya sesuai kehendak Allah, yaitu Yohanes.  Zakharia dengan kepenuhan Roh Kudus menubuatkan bahwa anaknya akan menjadi Nabi Allah Yang Maha Tinggi. Disini Zakharia dan Elizabet hanya menjadi alat di tangan Tuhan untuk mengantar anaknya menjadi nabi besar, menjadi Elia baru, perintis jalan bagi kedatangan Yesus. Allahlah yang menentukan panggilan hidup Yohanes.

Dengan membaca kisah ini, sudah seharusnya kita sebagai orang tua mengizinkan anak kita berkembang sesuai bakat dan panggilan yang Tuhan berikan. Sebagai anak-anak Allah, kita perlu bersedia menyerahkan anak-anak kita kepada Tuhan, agar kelak seperti Yohanes pembaptis menjadi perintis untuk mewartakan kasih setia, janji dan pengampunan Allah kepada umat-Nya.


Doa : 

Allah Bapa , syukur dan terima kasih atas anugerah anak yang sehat dan sekarang telah tumbuh menjadi dewasa, saya serahkan dia kedalam tanganMu, biarlah dia boleh menjadi anak yang taat kepada-Mu, menjadi alat-Mu yang berguna bagi sesama untuk membuat namaMu semakin dimuliakan. Amin

Lukas 1:67-79 – Kidung Natal: Nyanyian Zakharia | Christ of Grace

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang