(Renungan) Telinga Rohani

Telinga Rohani
(M. Maria Novita)



Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
(Matius 11:15)



Kalender Liturgi  Kamis, 09 Desember 2021
Bacaan Pertama     : Yes. 41:13-20
Mazmur Tanggapan: Mzm. 145:1. 9-13
Bacaan Injil         : Mat. 11:11-15


Tiket pesawat Jakarta - Balikpapan sudah di tangan. Namun tersulut kemarahan, seketika aku memutuskan batal mengantar Mama mengunjungi Koko. Mama tampak kecewa dan sangat sedih. Terngiang-ngiang cibiran Koko menjelang putusnya sambungan telepon seluler kami ketika membahas aplikasi-aplikasi online untuk persiapan penerbangan.  "Payah! Gak bakal mampu dia!" diungkapkan kepada istrinya. Saking mengenalnya, aku yakin sekali bahwa potongan kalimat itu ditujukan bagiku. 

Injil hari ini berbicara tentang iman yang bermula dari pendengaran. Setia mendengarkan pewartaan yang benar dari para nabi. Termasuk dari Yohanes Pembaptis, seorang tokoh besar namun sangat rendah hati. Ini terlihat dari sikap pelayanan dan pengabdiannya dalam mempersiapkan jalan kedatangan Tuhan Yesus Sang Mesias. Kepada para pengikutnya, ia berulang kali menyerukan pertobatan sebagai persiapan menyambut Dia yang lebih besar dari dirinya.

Manusia cenderung menuntut untuk dibenarkan.  Terkadang kesombongan serta keegoisan membawanya menjauhi warta kebenaran sejati. Diwujudkan dalam tindakan-tindakan yang melahirkan kesemena-menaan. "Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya" (Mat. 11:12)

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Dengan telinga, aku mendengar lalu bereaksi atas perkataan buruk yang belum tentu ditujukan kepadaku.  Bersyukur akhirnya aku diingatkan untuk menggunakan telinga ini dengan benar. Dengan telinga yang sama, aku mendengar Warta Kebenaran yang menyelamatkan. Campur tangan Roh Kudus  juga telah membuka telinga rohaniku. Belajar dari Yohanes Pembaptis, aku disadarkan dan bertobat. Roh Allah menuntunku menjauhi dosa  kemarahan, kesombongan, serta pembenaran diri. Aku diingatkan-Nya agar tidak bertindak semena-mena, khususnya kepada mama. 

Singkat cerita, aku akhirnya berangkat mendampingi mama untuk mengunjungi koko yang sedang sakit. Mama kelihatan bahagia karena harapannya terpenuhi, bertemu dengan putra sulungnya. Bahkan berkat pertobatan, aku dimampukan mendampingi Koko selama beberapa hari menjalani proses pengobatan dengan radiasi. Hatiku kembali damai.


Doa:

Oh Tuhan Yesus, ajarkan dan tuntunlah aku berbenah diri. Jauhkan aku dari dosa-dosa yang Engkau benci. Aku ingin menerima kenyataan bahwa  ketakutan, kegeraman, kesesakan ini bisa dilepaskan sebagai pengalaman pahit masa lalu dan berdamai dengan diriku sendiri. Biarlah Adven tahun ini membawaku semakin setia mendengar dan melakukan warta kebenaran-Mu. Amin.

Komentar

  1. Bersyukur bu Novita sering bergumul dengan Firman sehingga dapat segera memperbaiki keputusan emosional yang kurang baik. Terima kasih bu untuk sharing-nya.

    BalasHapus
  2. Terkadang kita emosi mendengar selentingan suara2 di luar dan mempunyai asumsi negatif yg belum tentu kebenarannya. Terima kasih Bu Novi yg sudah mau berbagi pengalaman menepis pikiran yg merugikan diri sendiri dan orang lain.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia