(Renungan) Kasih Tanpa Batas

Kasih Tanpa Batas
(Nina Agustina)



“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”. 
(Luk 6:27-28)



Kalender Liturgi Minggu, 20 Februari 2022
Bacaan Pertama : 1 Sam 26:2.7-9,12-13.22-23
Mazmur Tanggapan : Mzm 103:1-4.8-10.12.13
Bacaan Injil : Luk 6:27-38


KASIH adalah hukum yang utama dan menjadi ciri khas pengikut Kristus. Kasih bukan hanya slogan namun harus dibuktikan dengan tindakan nyata. Kita diberi kesempatan setiap saat untuk dapat menunjukkan kasih kepada semua orang. Akan mudah bagi kita untuk mengasihi mereka yang baik kepada kita. Namun kita ditantang untuk dapat mengasihi musuh kita, mengasihi orang yang telah menyakiti kita. Hal ini tentunya tidak mudah. Mungkinkah kita mengasihi orang yang telah menipu dan membuat  susah? 

Ada peristiwa yang tidak pernah saya lupakan walaupun telah beberapa tahun silam. Uang untuk DP rumah, dipinjam teman baik saya dan tidak dikembalikan dengan berbagai alasan. Uang yang saya  kumpulkan dari hasil kerja, hilang begitu saja. Saya  sungguh sedih, kesal dan terus mengumpat saat itu. Sehingga  tidak ada suka cita, yang ada hanya kebencian. 

Seiring dengan berjalannya waktu, saya bersyukur karena  Tuhan mencelikkan mata hati saya. Saya merasakan kasih Tuhan yang begitu besar dalam hidup saya. Kasih-Nya kepada saya tidak sebanding dengan hilangnya uang/materi. 

Saya kembali diingatkan melalui bacaan Injil hari ini. Yesus menegaskan, dengan mengasihi musuh, berbuat baik pada orang yang membenci kita, bahkan memberkati serta mendoakan orang yang mencaci dan mengutuk kita, maka identitas kita sebagai anak-anak Allah menjadi nyata.  Saya belajar terus untuk dapat menjalankan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Bagi orang dunia, bacaan Injil hari ini, tidak masuk akal. Mana mungkin bila ada orang menampar pipi kiri, kita  berikan pipi kanan.  Namun, sebagai pengikut Kristus, tentunya kita dituntut untuk memiliki sikap yang lain dari biasanya, yang tidak sama dengan orang dunia. Itulah yang membedakan kita sebagai anak-anak Allah dengan mereka yang belum atau tidak mengenal-Nya. 

Siapkah kita menjadi pengikut Kristus yang militan, yang dapat mengasihi sesama tanpa pandang bulu,  sehingga kita dapat menampilkan identitas kita sebagai anak Allah yang sejati. Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk memancarkan kasih Tuhan pada sesama.  
   
                                             
Doa:

Tuhan terima kasih untuk kasih-Mu yang begitu besar kepada saya.  Mampukan saya untuk dapat  mengasih semua orang yang ada di sekitar saya. Jangan biarkan saya melewati kesempatan yang Tuhan sediakan untuk saya dapat memancarkan kasih-Mu pada sesama, sehingga semakin banyak orang yang dapat merasakan kasih-Mu. Amin.

enungan Sabda: Lukas 6:27-38 (Minggu Biasa VII) – Seminari Tinggi Santo  Paulus –

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang