(Renungan) Siapakah yang Dapat Diselamatkan?

Siapakah yang Dapat Diselamatkan?
(P.N. Arief Mulyono)



Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain:
"Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
(Mrk10:26)



Kalender Liturgi, Senin 28 Februari 2022
Bacaan Pertama : 1 Ptr 1 : 3-9
Mazmur Tanggapan : Mzm 111:1-2.5-6.9.10c
Bacaan Injil : Mrk 10:17-27


Dalam situasi pandemi belakangan ini banyak orang kuatir perihal pendapatannya. Sudah banyak orang  kena PHK. Sehingga  orang yang masih punya pekerjaan juga khawatir apabila sewaktu-waktu kejadian yang sama menimpa dirinya.

Fokus kita terhadap harta duniawi seringkali menutup mata hati dalam melihat rencana Tuhan, menghalangi kita untuk melakukan perbuatan baik. Dan sering kali membuat diri kita stres dengan hal-hal yang belum tentu terjadi.

Seperti dalam bacaan Injil hari ini ada seorang berlari memanggil Yesus sebagai Guru yang baik, kemudian meminta saran apa yang harus dilakukannya untuk memperoleh hidup yang kekal.

Maka jawab Yesus: ”Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan mengurangi hak orang lain, hormati ayah dan ibumu.” Orang tersebut menjawab, semua sudah aku lakukan sejak muda. Kemudian Yesus menambahkan satu lagi persyaratan yaitu juallah apa yang kau miliki dan berikanlah kepada orang miskin. Orang tersebut kecewa dengan jawaban Yesus karena hartanya banyak.

Sering kali perikop Injil ini menjadi perdebatan. Apakah maksud Injil di atas? Apakah kita pengikut Yesus tidak boleh memiliki harta? Apabila tidak boleh punya harta, bagaimana kita akan bertanggung jawab terhadap keluarga kita? Bagaimana kita mau berderma kepada sesama yang membutuhkan?

Dari permenungan,  saya mendapatkan bahwa kelekatan terhadap harta lah yang  membuat kita tidak bisa melihat kasih dan rencana Tuhan yang indah. Sehingga bukan uang, atau harta yang menjadi permasalahannya. Namun keterikatan kita terhadap barang-barang duniawi yang melebihi porsi wajar, menyebabkan mata kita terbutakan. Ketika situasi memburuk, kita  kuatir berlebihan dan tidak lagi setia berharap pada Kasih Tuhan. Sebaliknya ketika kita memiliki harta berlebih, kita ragu berbagi kepada orang yang membutuhkan.

Maka ujian sebenarnya untuk menjadi orang yang dapat diselamatkan adalah apakah kita sudah dapat bersikap lepas bebas terhadap hal-hal duniawi? Apakah kita sudah dapat tulus berbagi dan melayani sesama? 


Doa:

Ya Allah, bantu aku selalu berani menerima koreksi atau masukan dari orang lain, agar aku semakin mawas diri. Dalam pelayanan yang aku berikan semoga aku selalu bisa merendahkan diri di hadapan-Mu, sehingga nama-Mu boleh semakin dimuliakan. Amin.

omus Pacis: Sabda Hidup

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang