(Renungan) Menggenapi Hukum Taurat

Menggenapi Hukum Taurat
(Hendri Candra)



“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
( Mat 5:17)



Kalender Liturgi Rabu, 23 Maret 2022
Bacaan Pertama : Ul. 4:1.5-9
Mazmur Tanggapan : Mzm.147:12-13.15-16.19-20
Bacaan Injil: Mat. 5:17-19


Beberapa tahun sebelum pandemi covid-19, saya pernah diajak melakukan pelayanan di sebuah lapas. Melihat bagaimana para penghuni lapas ikut menyiapkan tempat acara, menyusun bangku, sound system dan alat musik  juga  berpakaian rapi, membuat hati sangat terharu.

Dalam bacaan Injil hari ini yang merupakan rangkaian kotbah  di bukit, Yesus menekankan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi melainkan untuk menggenapinya. Hukum Taurat mengajarkan ketaatan terhadap Taurat. Taat kepada hukum-hukum. Namun Yesus mengajarkan inti hukum Taurat yaitu kasih. “Kasihilah Tuhan Allah dan kasihilah sesamamu.” Yesus bukan hanya sekedar mengajarkan, namun Dia juga memberi teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Mengasihi secara total. Yesus adalah puncak dari pemenuhan kasih Allah yang sempurna.

Orang Farisi dan ahli Taurat sering menilai perbuatan Yesus berdasarkan hukum Taurat secara harafiah tanpa mencoba mengerti kasih yang melandasi perbuatan Yesus.
Contohnya ketika Yesus menyembuhkan seorang yang mati sebelah tangannya (bdk. Mat. 12: 9) pada hari Sabat yang dipermasalahkan orang Farisi dan ahli Taurat. Hanya karena hari Sabat, hari dimana orang Israel dilarang melakukan apapun. Padahal Yesus melakukannya karena dilandasi belas kasihan.

Yesus membawa kita kepada suatu pemahaman yang sebenarnya bahwa kasih menuntut suatu tindakan nyata dan pengorbanan diri yang mungkin sangat besar.

Memang untuk melayani di lapas, seperti contoh di atas, tidak membutuhkan banyak pengorbanan biaya atau pun tenaga. Namun boleh mengambil bagian dalam pelayanan mewartakan kasih Allah kepada mereka yang kurang beruntung  sungguh mengharukan.

Kitapun mewakili orang Farisi dan ahli Taurat sering hanya bisa menilai dan menonton orang lain dengan maksud untuk menganggap diri paling benar. Sudahkah kita mengambil tindakan kecil dan sederhana untuk menjadi pelaku pewartaan  kasih Tuhan di tengah tantangan pandemi saat ini? Sebagaimana Pastor Henri Nouwen pernah berkata : Hidup bukan milik yang harus dipertahankan tapi hadiah yang harus dibagikan. 

Semua itu digenapi oleh perjalanan hidup Yesus secara sempurna sebagai bentuk penggenapan hukum Taurat. Maukah kita melakukannya?


Doa :

Ya Tuhan, mampukan kami untuk setia dan taat menjadi pekerja-Mu di ladang pelayanan mana pun yang telah Engkau sediakan. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang