(Renungan) Merangkul sebagai Lambang Rekonsiliasi

Merangkul sebagai  Lambang Rekonsiliasi 
(Celestinus Hudianto) 



Maka bangkitlah ia dan pergi kepada BapaNya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 
(Luk, 15: 20).



Kalender Liturgi, Minggu 27 Maret 2022
Bacaan Pertama : Yos. 5: 9a, 10-12
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34: 2-3, 4-5, 6-7
Bacaan Kedua : 2 Kor. 5: 17- 21
Bacaan Injil : Luk, 15: 1-3, 11- 32


Ayat diatas berkisah tentang drama kehidupan ayah dengan dua putranya. Kisah ini adalah bagian sentral dari pengajaran Yesus tentang relasi antar manusia, 

Berkisah tentang ayah yang melambangkan Allah, si bungsu  pendosa dan si sulung yang sikapnya seperti orang Farisi - ahli Taurat yang menganggap diri saleh sebagai abdi ayahnya. 
Menjadi ironis tatkala kedua putranya tersebut memandang ayahnya  dengan cara berbeda tentang adegan kasih dari Sang Ayah. Allah tetap mencintai semua manusia seperti ditunjukkan dengan adegan saat ayahnya berlari menyongsong dan merangkul serta mencium si bungsu yang pulang untuk bertobat. Gambaran kasih serupa terjadi pula antara Benyamin dan Yusuf (Kej, 45: 14).

Sang ayah menegur si sulung dengan cara halus saat si bungsu telah kembali. Teguran tersebut merupakan himbauan kepada kita  untuk mau ikut serta dalam pesta karya penyelamatan dan mengambil bagian dalam sukacita Allah.

Penulis memahami makna merangkul dengan melihat kisah St. Yohanes Paulus II dalam buku Duta Damai dan Saksi Pengharapan.  Dalam buku ini diulas perikop Lukas 15:20 tentang spiritualitas doa yang merangkul. Ia berbagi kehidupan doanya sebagai seorang pencinta kebenaran sejati. Ia berusaha menyatukan dan menawarkan rekonsiliasi serta menghadirkan solidaritas tanpa batas. Baginya hidup bersama dan rekonsiliasi tidak dapat dipisahkan. Melalui model rekonsiliatif akan terbangun suatu penghayatan iman yang merangkul dengan harapan semua dapat berangkulan yang bermakna sebagai sebuah aktivitas yang penuh penyambutan, penerimaan dan pengampunan. 

Makna rekonsiliasi mengingatkan penulis saat menjadi Ketua RT. Terdapat salah satu warga asing dari Amerika yang tidak bergaul dengan warga. Ia dikucilkan dan dicurigai menjadi spionase dan diketahui bekerja selalu didepan komputer. Setelah dilakukan pendekatan persuasif dengan komunikasi intensif untuk merangkulnya agar terjadi rekonsiliasi dengan warga. Setelah dikomunikasikan dan dengan dukungan doa terungkap bahwa Ia bekerja di perusahaan e-commerce internasional secara on-line. Maka saat acara hallal bihallal RT terjadilah  saling menyambut, menerima dan mengampuni sehingga suasana menjadi cair dan sukacita. 


Doa :
 
Ya Tuhanku dan Allahku, semoga sesama insan manusia ciptaan-Mu  dapat hidup bersama dengan berangkulan satu sama lain serta dengan didasari sikap saling mengampuni. Amin.

Saya Telah Berdosa Terhadap Allah | Renungan Jumat Agung




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang