(Renungan) Paradigma Baru Pemimpin

Paradigma Baru Pemimpin
(Alex R. Hermawan)



“… sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
(Matius 20:28)



Kalender Liturgi Rabu, 16 Maret 2022
Bacaan Pertama : Yer. 18:18-20
Mazmur Tanggapan : Mzm. 31:5-6; 14-16
Bacaan Injil : Mat. 20:17-28
  

Ketika Jokowi menjadi presiden, ada banyak keteladanan yang  kita peroleh. Antara lain kedekatannya dengan rakyat kecil. Jokowi sering mengunjungi masyarakat di pelosok-pelosok desa, bahkan di pedalaman hutan. Jokowi sangat memperhatikan kesehatan, infrastruktur dan pendidikan rakyatnya. Ia  melakukan bebagai kebijakan yang membawa kemajuan positif bagi bangsa Indonesia. Secara eksplisit Jokowi menunjukkan keteladanan yaitu seorang pemimpin ada untuk melayani rakyat. Jokowi tidak hanya memajukan kesejahteraan, namun juga menaikkan martabat bangsanya.

Pada jaman sebelum Yesus, pemahaman orang-orang Yahudi tentang Juru Selamat  (Mesias) hanya terpusat pada persoalan politis. Mesias adalah pemimpin yang akan membebaskan mereka dari penjajahan dan memulihkan kejayaan Daud. Tentu saja pemimpin yang mempunyai kekuatan militer akan memenangkan perang. Paradigma ini begitu kuat tertanam dalam benak mereka sehingga sulit dihapuskan. Hal ini tercemin dalam permintaan ibu Yakobus dan Yohanes. Kata "sebelah kiri dan kanan" menunjukkan orang kepercayaan Raja yang mendapat hak istimewa. Mereka berpikir Kerajaan Surga sama dengan kerajaan dunia yang memiliki jenjang karir, jabatan dan kekuasaan.

Yesus memaklumi pola pikir seorang ibu yang menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Mereka tidak tahu betapa mengerikan penderitaan yang akan dipikul Yesus. Walaupun mereka mau mengambil bagian dalam penderitaan Yesus, namun bukan hak Yesus untuk menentukan siapa yang akan duduk bersama Dia dalam kemuliaan, melainkan hak Allah Bapa.

Yesus menjelaskan cara pandang Kerajaan Surga yang sangat bertolak belakang dengan cara pandang kerajaan dunia. Dalam Kerajaan Surga, pengikut Yesus harus menjadi seorang pelayan atau hamba, bahkan menjadi yang terkecil. Kerajaan Surga tidak berbicara soal kekuasaan dan kekuatan militer, melainkan soal melayani, mengasihi, kerendahan hati dan pengorbanan.

Yesus mengajarkan “Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Seorang pelayan atau hamba, tidak pernah berpikir apakah pekerjaannya akan mendapat penghargaan atau tidak. Dia hanya melakukannya dengan sebaik-baiknya. Sebagai murid Yesus, kita wajib meneladani Sang Guru, yakni melayani, bukan minta dilayani, berbagi kasih, berbelarasa kepada mereka yang menderita, memberikan kedamaian, rela menderita, bahkan memberikan nyawa bagi banyak orang. Itulah paradigma pemimpin menurut Yesus. Sanggupkah kita?

 
Doa :

Ya Allah, mampukan kami memiliki kerendahan hati untuk memperoleh hikmat-Mu, agar dengan sepenuh hati kami berusaha untuk menjadi pelayan dan hamba yang melayani, bukan untuk dilayani. Seperti Engkau sendiri yang datang ke dunia ini bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Mu menjadi tebusan bagi banyak orang.  Dimuliakanlah Engkau kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Matius 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,  melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan  bagi banyak orang.” | Alkitab Terjemahan Baru (TB) | Unduh Aplikasi Alkitab  Sekarang Juga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang