(Renungan) Redalah Amarah-Nya

Reda Amarah-Nya
(Fidensius Gunawan)



Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya
(Kel 32:14)



Kalender Liturgi Kamis, 31 Maret 2022
Bacaan Pertama : Kel 32:7-14
Mazmur Tanggapan : Mzm 106:19-20.21-22.23
Bacaan Injil : Yoh 5:31-47


Satu ketika Musa menghadap TUHAN di atas Gunung Sinai dan lama tak kunjung turun. Hal ini membuat bangsa Israel gelisah karena tak tahu nasib Musa. 

Mereka meminta kepada Harun agar dibuatkan allah yang akan memimpin mereka sebagai pengganti TUHAN. Lalu Harun membuat sebuah patung anak lembu tuangan dari emas. Setelah jadi, mereka juga membuat mesbah dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.  

Tindakan bangsa pilihan-Nya ini sejatinya membuat TUHAN marah besar dan berniat membinasakan mereka. Namun Musa berhasil membujuk dan meredam amarah-Nya sehingga TUHAN menyesal. Ia yang adalah Allah menjadi marah karena telah dikhianati oleh umat-Nya, namun berkat ketulusan Musa, reda amarah-Nya dan menyesal. 

Belum lama ini, ada video viral. Pembuat video, seorang ibu muda sambil menuntun anaknya yang berumur sekitar 4-5 tahun, masuk ke sebuah rumah makan. Ia menghampiri seorang pria yang sedang makan bersama pasangannya. 

Kemudian menyemburkan kata-kata kemarahan dan umpatan kepada pria dan pasangannya ini. Rupanya pria ini adalah mantan suaminya. Walau sudah sepakat bercerai, nampak sekali si wanita pembuat video masih dikuasai kemarahan. Tidak lagi ada kasih yang tersisa  dan mereka perang mulut. 

Bila Allah dapat mengampuni, mengapa manusia terkadang sulit bahkan tidak dapat mengampuni sesamanya? Jawabannya adalah KASIH. 

Pada Allah selalu ada Kasih, sehingga Ia selalu bersedia mengampuni manusia, walau manusia telah berulangkali mengkhianati-Nya. Sedangkan manusia tidak selalu memiliki kasih, terutama kasih kepada orang-orang yang telah melukai hatinya. Kasih dikalahkan oleh ego, harga diri, gengsi.

Hari ini kita diajak mengingat-ingat, masihkah di hati ini ada amarah bahkan dendam terhadap seseorang atau sekelompok orang? 

Bila masih ada, bercerminlah pada Allah kita. Hati-Nya yang penuh Kasih, selalu terbuka menerima dan mengampuni dosa kita. Dia yang maha segalanya, tidak pernah mementingkan ego, harga diri, gengsi terhadap manusia. 

Datanglah kepada-Nya, mohon Rahmat pengampunan agar  diberi kemampuan mengampuni. Mohon diberi hati yang damai dan penuh kasih.


Doa:

Ya Bapa, Engkau bersabda: “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” Ini tidak selalu mudah. Tuhan, dampingilah dan berilah kami kemampuan untuk selalu mengasihi. Amin.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.wikiwand.com%2Fid%2FKeluaran_32&psig=AOvVaw2C4syPGqnbKInCQhnPAK_6&ust=1648743722261000&source=images&cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCMCJh5Gf7vYCFQAAAAAdAAAAABAO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang