(Renungan) Keselarasan Konstruksi Iman

Keselarasan Konstruksi Iman
(M. Maria Novita)



"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" 
(Kis 4 : 12)



Kalender Liturgi  Jumat, 22 April 2022
Bacaan Pertama : Kis 4:1-12
Mazmur Tanggapan : Mzm. 118:1-2.4.22-24.25-27a
Bacaan Injil : Yoh. 21:1-14


Perikop ini berpusat perhatian pada konflik antara pemimpin umat Yahudi yang lama dan yang baru, yang timbul karena cara berpikir mereka yang berlawanan.

Pemimpin baru merupakan para rasul yang mengajar orang banyak dan memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias pemberian Allah untuk menyelamatkan manusia. Cara berpikir mereka fokus pada Yesus bukan pada diri sendiri.

Alkitab menggambarkan, Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan (kita sendiri),  namun telah menjadi batu penjuru ( Kis 4:11, Mzm 118:22 ).

Sebagai batu penjuru yang di atasnya Gereja-Nya didirikan, Yesus adalah pondasi ketika batu penjuru telah diletakkan dan batu itu akan menjadi dasar bagi pengukuran keselarasan dalam konstruksi "gedung" itu. 

Sementara pemimpin lama, terdiri dari imam-imam, kepala pengawal Bait Allah, orang-orang Saduki. Mereka semakin merasa terancam keberadaannya, karena pengajaran para rasul justru semakin membuat banyak orang menjadi percaya.
Siapakah sesungguhnya orang yang disebut percaya akan Yesus Kristus? 

Konflik cara berpikir pemimpin lama dan baru di atas mengingatkan saya pada seorang kenalan. Suatu ketika, dia terbaring sakit dan berusaha bangkit dari keterpurukan hidupnya. Dalam senyum getirnya, dia menyesali  kejatuhannya kembali pada kesalahan besar yang sama. 

Setelah semakin sehat, dia pun kembali ceria dan bersaksi. Kalem, dia memuji Tuhan Yesus yang Mahamurah. Bahwa pertolonganNya tidak pernah terlambat. Kemudian dia memuliakan Yesus yang Maha Pengampun. 

Sebentar kemudian, sambil berbinar matanya, dia mengungkapkan bahwa : "Aku orang yang percaya diri, aku percaya akan kasih karuniaNya, aku boleh berdosa karena memang sedang ditempa, nabi pun berbuat salah, yang terpenting aku beriman Kristus. Jadi kamu jangan menghakimi aku!"

Bagaikan dua cara berpikir pemimpin Yahudi, yang terkurung dalam satu sosok tubuh, saya yang sejak awal hanya mendengarkan, berusaha mencoba memahaminya…

Jika seseorang percaya dan yakin akan cinta penuh Tuhan kepadanya dan mengakuiNya, maka seharusnya ada "keselarasan konstruksi" pribadi Yesus yang tercipta di dalam dirinya. 

Tercerminkan lewat  keselarasan pikiran, perkataan dan perbuatan. Dikuatkan dalam Doa Syahadat : "Aku Percaya, ...akan Yesus Kristus, puteraNya yang tunggal Tuhan kita" (Bdk Kis 4: 12).


Doa: 

Allah yang Mahakasih, walaupun Engkau membenci dosa, Engkau mengasihi kami manusia berdosa ini.  AnugerahMu lebih besar dari dosa kami. Dengan kasihMu, Engkau merencanakan dan menyediakan keselamatan yang datang hanya melalui Yesus Kristus, PuteraMu. Mampukan kami tidak menyia-nyiakan anugerahMu ini. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang