(Renungan) Menjadi Sahabat

Menjadi Sahabat
(Johanna Kemal) 



Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu 
(Yoh 15:14)



Kalender Liturgi Jumat, 20 Mei 2022
Bacaan Pertama : Kis. 15:22-31 
Mazmur Tanggapan : Mzm. 57:8-9.10-12
Bacaan Injil : Yoh. 15:12-17

Sewaktu SD, saya pernah membaca buku berjudul : Sahabat Sejati. Isinya menceritakan tentang dua orang anak laki-laki yang bersahabat. Sebut saja namanya Addie dan Acil. Mereka  tinggal di sekitar Jawa Barat. 

Suatu hari Acil hampir dibunuh oleh pamannya sendiri, yang terlibat dalam penculikan dan pemerasan. Acil tak sengaja mendengarkan percakapan rahasia paman dengan komplotannya. Acil hampir ditenggelamkan di sungai Cikapundung.

Untunglah Addie menolongnya walaupun nyaris mengorbankan dirinya sendiri. Addie sungguh-sungguh telah menjadi sahabat bagi Acil.

Membaca injil Yohanes hari ini, saya merasa malu dan tidak layak. Bagaimana Yesus yang adalah Tuhan menyebut saya  sebagai sahabat? 

Semua yang telah Yesus dengar dari Bapa disampaikan kepada saya. Juga kepada kita semua. Tidak hanya sebagian, tetapi semuanya. Saya hanya perlu melakukan apa yang 
diperintahkan Yesus kepada saya.

Saya merasa malu karena saya belum melakukan hal-hal yang diperintahkan Yesus. Hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang sahabat.

Yesus menghendaki kita mengasihi seorang akan yang lain. Bahkan Yesus menginginkan kita untuk mengasihi musuh kita dan berbuat baik kepada orang yang membenci kita. Sungguh suatu hal yang tidak mudah dan membutuhkan proses yang terus menerus. Kita akan dimampukan oleh pertolongan Roh Kudus yang telah dikirimkan kepada kita. 

Satu hal yang telah dilakukan Yesus sebagai seorang sahabat sejati adalah : Dia telah memberikan nyawa-Nya untuk sahabat sahabat-Nya. Sebagaimana yang dituliskan : Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13).

Seorang sahabat tidak membicarakan keburukan sahabatnya. Seorang sahabat dapat menyimpan rahasia  dan seorang sahabat selalu ingin menyenangkan hati sahabatnya. 
Dia tidak pernah menolak untuk mendengarkan curhat sahabatnya. Dia selalu ada ketika sahabatnya membutuhkan pertolongan. Dia tidak egois. Hal itu mudah dilakukan kepada orang yang kita senangi. 

Namun Yesus menghendaki kita melakukannya kepada semua orang. Mampukah kita? 
Sudahkah kita menjadi sahabat Yesus ?  


Doa :

Tuhan Yesus, terima kasih telah menjadi sahabat yang sejati bagi kami. Mampukan kami untuk menjadi sahabat bagi-Mu dengan lebih menghidupi kehendak-Mu dalam keseharian kami. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang