(Renungan) Jadilah Murid Yesus yang Sejati

Jadilah Murid Yesus yang Sejati
(Susan Tjia)



“Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”
(Mat 5: 44)



Kalender Liturgi Selasa, 14 Juni 2022
Bacaan Pertama: 1 Raj. 21: 17-29
Mazmur Tanggapan: Mzm. 51: 3 - 6a, 11, 16
Bacaan Injil: Mat. 5: 43-48


Dua bulan lalu, lewat pesan whatapps seorang teman memarahiku dengan kata-kata yang begitu menohok, sampai-sampai aku merasa baru kali ini mengenal pribadi dia yang sesungguhnya.

Pribadinya sebagai saudara seiman, yang selama dua tahun bersama-sama terlihat tulus hati dan penuh perhatian, dalam sekejap mata langsung berubah marah ketika dia tahu saya membuat satu group WA baru dengan tiga teman yang lain. Emosinya timbul karena merasa dikhianati dan kehilangan kebersamaan. Meng-create group WA baru, buat saya hal yang biasa saja, tetapi baginya tidak demikian.

Akibat kejadian itu, saya sangat sedih dan sakit hati, tetapi saya tidak ingin terpancing emosi dan saya memilih cooling down selama dua hari tidak muncul di group besar. Saya tidak menceritakan kepada orang lain tentang apa yang ditulis teman saya itu. Saya tidak ingin yang lain ikut menambahkan dengan komentar yang akan merusak pertemanan.

Yesus mengajarkan kasihilah musuh dan mendoakannya. FirmanNya ini yang membuat saya berusaha memahami perasaan teman saya yang marah. Saya tidak berusaha bertahan dengan membela diri apalagi menyudutkan orang lain. Saya katakan kepada diri  saya sendiri: “Stop, jangan sakit hati dan berdamailah dengannya!”. Tuhan Yesus adalah penasihat ajaib bagiku. Tuhan Yesus, yang membuat saya sampai bisa melupakan kejadian itu dan kami semuanya tetap menjadi saudara seiman yang penuh sukacita.


Doa:

Tuhan Yesus, terima kasih atas Firman-Mu, Engkaulah yang selalu mempersatukan kami. Jadikanlah saya murid-Mu dalam keadaan apapun dan selalu memiliki hati yang penuh damai sukacita. Amin.



Komentar

  1. Terima kasih bu Susan. Permenungan yg menginspirasi bagaimana cara mengendalikan emosi dan tetap mengutamakan persahabatan/persaudaraan.
    Bahasa tulisan bu Susan juga ringan, mudah dan enak bacanya.
    Terus menulis utk berbagi inspirasi ya Bu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Peziarah Pengharapan

(Renungan) Warisan Berharga bagi Manusia