(Renungan) Jangan Menghakimi

Jangan Menghakimi
(M. Maria Novita)



Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,  sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
(Mat. 7:3)



Kalender Liturgi Senin, 20 Juni 2022
Bacaan Pertama : 2 Raj. 17: 5-8, 13-15a, 18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 60 : 3, 4-5, 12-13
Bacaan Injil : Mat. 7:1-5


Seorang teman dengan bangga  berujar : "Aku ini, kalau dibaiki, aku akan membalas dengan jauh lebih baik!" Walaupun tidak dilanjutkan, terkesan bahwa ia ingin mengatakan "begitu juga sebaliknya!"

Dia sering bercerita tentang perilaku buruk ibu mertuanya. Atau cerita-cerita yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, pendengaran, dan kesimpulan, kerap dia tumpahkan begitu runtun, rinci, dan berulang-ulang. Sedikit saja ada kecocokan antara obrolan dan ingatan, maka dia pun tersulut untuk menggali kembali cerita lampau.  Seperti ingin menunjukkan begitu berat beban yang menghimpit kesehariannya.  

Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda: "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" Perumpamaan dengan menggunakan balok dan selumbar digunakan Yesus untuk menyampaikan kebenaran. Balok adalah potongan kayu besar untuk membangun rumah. Sedangkan selumbar adalah serpihan kayu kecil. 

Sindiran Yesus; "...sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" mencerminkan betapa rapuhnya kita yang pada posisi sadar memilih tetap melanjutkan perbuatan salah. Itulah sebabnya, orang begini disebut orang munafik. Orang yang pandangannya selalu diarahkan hanya melihat kesalahan orang lain. 

Adalah manusiawi bila kita selalu melihat kekurangan orang lain tanpa melihat diri sendiri. Rasa tidak suka atau benci,  seringkali menggiring seseorang dalam pusaran pikiran negatif. Orang cenderung bermain-main dengan pikiran sendiri,  bahkan berakhir pada keyakinan bahwa apa yang terdengar dan terlihat  seolah-olah pasti suatu kebenaran.

Cara pandang, sikap, dan perkataan seseorang begitu mudah menimbulkan perselisihan dikarenakan keegoisan, pencitraan, juga kesalahpahaman. Yesus menegaskan agar jangan menghakimi, supaya tidak dihakimi. Sesungguhnya, jika kita membalas yang baik dengan lebih baik, atau sebaliknya yang jahat dengan lebih jahat, bukankah kita ini sangatlah jahat dibandingkan orang yang kita balas? Penghakiman dan ukuran yang sedang kita pakai untuk mengukur orang tersebut, ternyata sedang dipakaikan kembali kepada kita. 

Mari kita temukan hal positif pada diri orang yang sedang menjadi sasaran perhatian, sehingga dia pun pantas dikasihi.


Doa:

Allah Bapa Yang Mahakasih, tuntunlah aku selalu dengan Roh Kudus-Mu. Syukur dan terima kasih Bapa karena Engkau lebih dahulu mengasihiku. Sadarkan aku agar lebih peka  mengasihi sesamaku, terlebih orang-orang di sekitarku. Jangan sampai aku mudah menghakimi orang lain karena keegoisanku. Apalagi  menjadikan pembelaan Tuhan Yesus ini sebagai perisai kesalahan-kesalahanku. Amin.

atkala Orang Lain Bersalah (Matius 7:1-5) | REC - Reformed Exodus Community

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/Tatkala-Orang-Lain-Bersalah-Matius-7-1-5.jpg


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang