(Renungan) Janganlah Kuatir

Janganlah Kuatir
(Lea Erny)



“Maka carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya,maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” 
(Mat 6:33)



Kalender Liturgi Sabtu, 18 Juni 2022
Bacaan Pertama : 2 Taw. 24 : 17-25
Mazmur Tanggapan : Mzm. 89 : 4-5,29-30.31-32.33-34
Bacaan Injil : Mat. 6 : 24-34


Hari ini firman Tuhan berbicara tentang pengabdian kepada dua tuan dengan hati yang tidak terbagi, mengabdi kepada Allah atau kepada Mamon. Bila yang lebih diutamakan adalah harta kekayaan (Mamon), berarti kurangnya ruang bagi pengabdian kepada Allah. Murid Yesus harus tegas memilih pengabdian kepada Allah. Pengabdian kepada harta duniawi  menimbulkan kekuatiran. Selalu tidak ada kata ”cukup”, sehingga bisa mempunyai dampak pada kesehatan. Seperti dikatakan dalam ayat 27, yang ditolak Yesus bukanlah jerih payah dalam berusaha, tapi kekuatiran yang mengiringinya.

Terasa sulit hidup tanpa memikirkan keduniawian, terutama tanpa bekerja untuk mencari nafkah. Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk bekerja tanpa kecemasan dan menyusahkan diri, karena hidup lebih penting daripada busana dan konsumsi. Jangan sampai dalam mencari harta duniawi menghabiskan seluruh perhatian dan upaya, sehingga menjadikannya sebagai berhala dan lebih berdampak pada kesehatan karena kekuatiran.

Uang merupakan sesuatu hal yang mutlak dan penting bagi saya sebelum menjadi seorang katolik. Mungkin karena latar belakang dari kedua orang tua saya yg pernah hidup dalam kekurangan. Bahkan tidak dipandang oleh saudara-saudaranya dikarenakan kami dulu sangat miskin. Sehingga membuat saya pun terbawa, bahwa sangat penting bila punya uang, tidak direndahkan dan sebagainya. Hingga akhirnya sayapun berusaha keras untuk bisa menghasilkan. Sampai tidak disadari tidak memperhatikan kesehatan. Hingga akhirnya terkena sakit, di pertengahan 2011. Di situlah saya diingatkan untuk jangan mengabdi kepada uang (Mamon) sehingga menjadi berhala.

Awal tahun 2011, saya ditawari pelayanan untuk menjadi pendamping putri ekaristi, yang saat itu juga putri kami ikut dalam pelayanan di dalamnya. Dan saya harus melepaskan semua usaha yang saya rintis, karena ketidakmampuan saya untuk menjalankan semuanya. Namun dengan berjalannya waktu, semuanya baik-baik saja, juga usaha keluarga saya berjalan dengan lancar.

Janji Tuhan itu "Ya dan Amin", sampai sekarang saya memprioritaskan pengabdian kepada Allah, Tuhan akan mencukupkan apa yang saya dan keluarga butuhkan. 


Doa :

Ya Tuhan, terima kasih  atas firman-Mu yang mengingatkan saya untuk memprioritaskan-Mu di atas segalanya dan senantiasa melibatkan-Mu di dalam segala kekuatiranku serta kesulitanku, asalkan saya selalu setia mengandalkan-Mu. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang