(Renungan) Tuhan, Ajarilah Aku Berdoa

Tuhan, Ajarilah Aku Berdoa
(AM. Regina T.)



“Karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kalian meminta kepada-Nya“
(Mat. 6:8b)



Kalender Liturgi Kamis, 16 Juni 2022
Bacaan Pertama : Sir. 48:1-14
Mazmur  Tanggapan : Mzm. 97:1-2.3-4.5-6.7
Bacaan Injil : Mat . 6:7-15


Membaca perikop ini, saya terkenang pengalaman traumatisku karena doa. Suatu sore saya diajak  suami mengunjungi  teman yang dirawat di rumah sakit. Kebetulan kami baru selesai kursus berdurasi enam bulan dimana diajarkan juga cara berdoa. Saya lalu mengajak suami mendoakan si sakit. Doaku mengalir lancar dan semangat terasa berkobar-kobar. Namun di tengah doa terdengar bisikan: “Mam, Farisi”. Sontak saya kaget, terdiam, lalu menutup doa dengan amin yang cepat. 

Jujur, ada rasa marah, malu, tersinggung,  dan sakit hati karena disamakan seperti orang Farisi. Keterlaluan! Saya diamkan suami sepanjang jalan pulang ke rumah. Menjelang tidur, suami mengambil Kitab Suci dan membaca dengan suara keras: “Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan” (Mat. 6:7). 

Rupanya saking semangatnya mempraktekkan ilmu dari kursus, saya hanya memperhatikan kalimat-kalimat indah yang saya rangkai dalam berdoa. Saya lupa, Allah sudah tahu apa yang kita inginkan bahkan sebelum kita mengucapkannya. Saya terjebak dalam suka cita karena dapat berdoa demikian, bukan karena saya sedang berelasi dengan Bapa.  Ayat yang dibacakan suami sungguh menyadarkan saya akan hakekat berdoa.

Kejadian ini memang membuat saya trauma dan selama beberapa tahun saya tidak  mau berdoa di depan umum lagi. Puji Tuhan, walau ada trauma, tidak membuat saya mundur dari berbagai aktifitas menggereja. Bertahun-tahun berlalu, perlahan saya mulai berani. Kini saya berdoa secara singkat saja, ketika diminta memimpin doa.
 
Saya selalu ingat, Yesus sendiri mengajarkan Doa Bapa Kami yang  singkat namun indah. Doa yang menghantar kita masuk ke hadirat-Nya untuk dapat meyampaikan hormat, pujian, permohonan agar kita  dapat  mengampuni  kesalahan orang lain, sehingga layak hidup sebagai Anak-Nya.


Doa :

Ya Bapa yang Maha Baik, Engkau tahu isi hati kami. Bahkan doa dari relung hati terdalam yang tak terucap dalam kata sekalipun, Engkau tahu. Kuasailah mulut dan lidah kami, sehingga bibir kami senantiasa memuji-Mu. Buatlah hati kami mudah mengampuni seperti Engkau yang selalu mengampuni lebih dulu  kesalahan kami. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang