(Renungan) Dipilih sebagai Saksi

Dipilih sebagai Saksi
(Celestinus Hudianto) 



"Kata Yesus kepadanya: Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara - saudaraku dan katakan kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu
(Yoh, 20: 17) 



Kalender Liturgi Jumat, 22 Juli 2020
Pesta St. Maria Magdalena
Bacaan Pertama : Kid. 3 : 1-4a. 
Mazmur Tanggapan : Mzm. 63 : 2,3-6, 8-9 
Bacaan Injil : Yoh. 20 : 1, 11-18 

Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena sebagai perjumpaan yang pertama setelah kebangkitan-Nya.

Maria Magdalena begitu mengasihi Yesus, dia mempunyai pengalaman pribadi bersama Tuhan dan mengalami belas kasih Tuhan yaitu "telah dibebaskan dari tujuh roh jahat" (Luk, 8: 2b) dan bahwa "Dosanya yang banyak itu telah diampuni" (Luk, 7: 47a). Oleh sebab itu, tumbuh semangat yang berkobar dalam hatinya, menjadikan Yesus sebagai "kekasih jiwanya". 

Semangat tersebut membuat Maria berusaha melakukan dan mengutamakan yang terbaik bagi Tuhan. Dalam hal ini Maria Magdalena menjadi  "murid pertama" yang datang ke kubur Yesus, pada hari masih gelap, pergi untuk merempahi jasad-Nya. (ay. 1).

Ya, buah dari kesetiaan dan ketulusan hati, Maria Magdalena mendapat anugerah dan kehormatan sebagai saksi pertama, berjumpa dengan Yesus yang menampakan diri dan menyapa kepadanya: "Maria!". 

Maria Magdalena memiliki kualitas dan kapasitas untuk kemudian dipilih Tuhan sebagai saksi akan kebangkitan Yesus seturut sabda-Nya: "Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakan kepada mereka bahwa Aku sekarang akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu. (ay. 17) artinya ia diutus untuk menjadi saksi dan pewarta kebenaran bagi para murid lainnya. 

Kisah spiritualitas dari sikap kesetiaan dan ketulusan Maria Magdalena di atas, mengingatkan aku akan apa yang dialami keluarga adik, yang menikah secara katolik dan  sudah dikaruniai dua putra. Gambaran keluarga katolik yang harmonis tidak tampak, melainkan terjadi pertengkaran tiada henti dengan isterinya. Bahkan kehidupan menggerejanya pun dikalahkan oleh kehidupan "premanisme" bersama teman-teman malamnya. 

Di pihak lain, putranya yang beranjak besar justru terinspirasi dari kesetiaan dan ketulusan kehidupan keluarga dari Nazaret dan tumbuh keinginan kuat untuk menjadi imam dengan harapan dapat mendamaikan kehidupan keluarganya. 

Seperti Maria Magdalena, putera adikku pun dipilih Tuhan dan menanggapi panggilan-Nya  dengan masuk seminari sampai kemudian ditahbiskan sebagai imam dari kongregasi MSF sesuai harapannya di atas.  

Melalui doa pribadinya dan disertai dengan pewartaan injil yang dikemas saat merayakan ulang tahun dan aktivitas keluarga lainnya, mampu mengubahkan kehidupan keluarganya menjadi bahagia dan damai sejahtera. 


Doa : 

Ya Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa Engkau telah memilih aku untuk bersaksi. Sebab itu, teguhkan iman dan berikanlah kesetiaan dan ketulusan dalam melakukan pewartaan kabar sukacita-Mu. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang