(Renungan) Gengsi Mendengar

Gengsi Mendengar
(Margaretha Ingrid K.)



“Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara Tuhan, Allahmu, sehingga Tuhan menyesal akan malapetaka yang diancamkan-Nya atas kamu”
(Yer. 26:13).



Kalender Liturgi Sabtu, 30 Juli 2022
Bacaan Pertama: Yer. 26 : 11-16,24
Mazmur Tanggapan : Mzm. 69 : 15-16,30-31,33-34
Bacaan Injil : Mat. 14 : 1-12


Saya memiliki 3 putra yang tumbuh di era millenial. Suasana di rumah menjadi ramai ketika ada topik-topik  menarik untuk didiskusikan. Saat kami memberikan masukan tentang pendapat dan sikap mereka yang kurang tepat, bisa terjadi benturan pemikiran era jadul vs era millenial. Situasi ini menimbulkan emosi  kadang kami putus asa dibuatnya. Tidak mudah berkomunikasi dengan cara  pikir  generasi milenial yang kritis. Mereka tidak langsung mau mendengarkan, bahkan bisa balik menentang. Kami ternyata tidak berbeda juga,  tidak mudah mendengar dan menerima pendapat mereka. 
 
Nabi Yeremia hidup di tengah situasi kacau, ia selalu mengkritik pemerintah, kaum kelas atas yang melupakan Allah dan memerintah dengan sembarangan. Ia menyerukan agar para penguasa, para imam dan nabi  dan bangsa Israel segera memperbaiki tingkah langkah dan perbuatan, dan mendengarkan suara Tuhan agar tidak mengalami kehancuran. Ia dihormati sekaligus dibenci, dianggap pengkhianat dan musuh negara (Yer. 26:11,16). 

Pesona putri Herodias yang meminta kepala Yohanes Pembaptis, mampu merubah Raja Herodes, yang sebenarnya takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Ia akhirnya mengabulkan permintaan putri Herodias karena terlanjur berjanji di hadapan tamu-tamunya, walaupun hatinya sedih, (ay. 9).

Bacaan ini, menyadarkan kegagalan mendengar suara Tuhan. Melalui kisah Nabi Yeremia dan Herodes, kita belajar bahwa halangan terbesar mendengarkan adalah gengsi, tidak rendah hati. Para penguasa, pemuka, para nabi juga rakyat, mendua hatinya (Yer. 26:11,16). Mereka menghormati namun marah terhadap Yeremia. Demikian Raja Herodes, dia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi, namun ia terpaksa mendengar permintaan Putri Herodias karena gengsi. 

Menjadi pendengar tidak mudah. Mendengarkan merupakan ujud kasih yang memerlukan kesabaran, kerendahan hati dan tidak gengsi. Jika kami sebagai orang tua tidak mendengarkan apa yang dipikirkan anak-anak, maka yang terjadi adalah pertengkaran, di sana tidak ada kasih. Kesadaran untuk menunjukkan kasih, memerlukan kesabaran, kerendahan hati untuk mendengarkan agar memahami pemikiran mereka yang sering tidak sejalan dengan kami, hingga pada satu titik kami  bisa saling mendengarkan dan bersepakat.

Mendengarkan Tuhan adalah awal ketaatan kita pada Allah. Allah ingin kita saling mendengar dengan sesama sehingga tercipta damai dan kasih dengan sesama. 


Doa :

Bapa, kami sadar menggunakan telinga untuk mendengar adalah hal yang sulit. Kami bersyukur lewat FirmanMu, Engkau mengingatkan kami kembali agar mau mendengarkan suara-Mu dan sesama kami. Dengan demikian kami belajar taat kepada-Mu dan mengasihi sesama kami. Amin.

Image result for jeremiah

https://th.bing.com/th/id/OIP.BVE8R1Y2KL4KpdtFseAe5wHaD4?w=335&h=180&c=7&r=0&o=5&dpr=1.25&pid=1.7



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang