(Renungan) Hidup itu Telah Dikembalikan

Hidup itu Telah Dikembalikan
(Irene Sri Handayani)



Jawab Marta, “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia” 
(Yoh. 11:27)



Kalender Liturgi Jumat, 29 Juli 2022
PW. St. Marta, Maria, Lazarus
Bacaan Pertama : 1 Yoh. 4 : 7 - 16
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34 : 2-3,4-5,6-7,8-9,10-11
Bacaan Injil : Yoh. 11 : 19 - 27


Marta, Maria dan Lazarus. Mereka bersaudara. Secara alkitabiah urutan nama itu berarti siapa yang tertua dan siapa termuda. Yesus amat dekat dan terasa hangat pada mereka. Namun, tak ayal, agak aneh ketika Lazarus dikabarkan sakit dan mendekati ajal, Yesus tak cepat kunjung datang. Kata Marta kepada Yesus, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya” (Yoh 11:21) 

Kematian Lazarus adalah jalan siapakah Yesus itu, Ia adalah Mesias, Allah yang datang ke dunia. Sebagai Mesias kematian pun bukanlah akhir segalanya. Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan” (Yoh 11:4). Dan Lazarus dibangkitkan oleh Yesus. Mengapa Yesus melakukan mukjizat itu? Jawaban sederhananya karena Marta, Maria dan Lazarus amat mengasihi Yesus. Bukankah Yesus adalah sahabat sejati bagi mereka? Dan justru di saat kematian saudaranya, iman Marta menegaskan itu, “Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh 11:27). Bersama dengan iman akan identitas Yesus itulah, Yesus membangkitkan Lazarus.  

Saya mau berbagi pengalaman iman. Rasanya seperti masuk ke alam kematian tatkala dokter memvonis saya terkena kanker payudara. Satu-satunya jalan segera operasi. Tak percaya dengan dokter yang pertama, saya lari ke dokter kedua dan ke dokter yang ketiga. Jawaban tak berubah. Saya terkena kanker. Berhari-hari saya menangis dan menjerit. Terlintas, bayangan payudara saya yang lenyap. Lalu, saya berdoa novena setiap hari, lalu ke pertapaan Rawaseneng selama satu minggu serta mengikuti misa penyembuhan. 

Lalu, tibalah jadwal operasi. Saya mulai pasrah. Justru semakin pasrah saya diteguhkan dan percaya bahwa Tuhan tak akan mempermalukan saya meski tanpa payudara. Saya diperiksa sebelum tindakan medis. Menakjubkan, saya bersih. Sel kanker itu hilang dan saya dinyatakan sembuh. Saya merasa kembali dan bangkit dari “alam maut”. 


Doa : 

Tuhan Yesus, Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia. Bersama dengan pesta nama-nama kudus yang saling bersaudara, Marta, Maria dan Lazarus, semoga kami selalu ramah dan menjadi sahabat sejati-Mu dan menjadi teman peziarahan iman bagi sesama. Amin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang