(Renungan) Apa yang Terjadi ketika Berhenti Menyuarakan Kebenaran ???

Apa yang Terjadi ketika Berhenti Menyuarakan Kebenaran???
(Alberta) 



“Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan”
(Yer. 1 : 19)



Kalender Liturgi Senin, 29 Agustus 2022
Bacaan Pertama : Yer 1 : 17-19
Mazmur Tanggapan : Mzm. 71 : 1-4a, 5-6b, 15ab.17
Bacaan Injil : Mrk. 6 : 17-29


Yohanes Pembaptis dikenal sebagai utusan Allah yang menyiapkan jalan bagi Yesus. Ia dikabarkan berseru-seru di padang gurun menyuarakan kebenaran. Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan Yohanes Pembaptis menegur Herodes karena mengambil Herodias, istri Filipus, saudaranya. Akibatnya keberaniannya itu,  Yohanes Pembaptis akhirnya mati dengan mengenaskan karena dendam membara Herodias.

Tidak banyak orang memiliki keberanian seperti Yohanes Pembaptis. Lalu apa yang menyebabkan seseorang enggan menyuarakan kebenaran? Karena saat menyuarakan kebenaran terkandung banyak risiko antara lain dibenci, diasingkan, difitnah, bahkan dibunuh. 

Saya sampai saat ini masih berjuang untuk dapat menegur seseorang. Saya katakan masih berjuang karena tidak selalu bisa menegur seseorang yang berbuat salah. Ketika saya merenungkannya, dengan hikmat Tuhan, saya bisa menilai kalau saya masih sombong. Juga karena saya masih penuh dengan kelemahan, maka saya takut kalau suatu saat teman saya ini akan balas menegur saya. 

Lalu, apa yang akan terjadi apabila kita berhenti menegur seseorang yang tidak melakukan kebenaran? Pertama, bisa dipastikan kejahatan manusia akan semakin bertambah. Oleh sebab itu, kebenaran harus terus menerus diungkapkan demi kebaikan banyak orang. Kedua, hati nurani kita makin hari akan menjadi tidak peka lagi sehingga menyebabkan kita pun  berkompromi dengan dosa. 

Sebagai pengikut Kristus yang sejati, kita diminta untuk tidak henti-hentinya menyuarakan kebenaran. Hal ini perlu diupayakan, supaya kita dapat mengambil bagian dari karya penyelamatan yang sudah Tuhan anugerahkan bagi kita secara cuma-cuma. Menyadari betapa Allah mengasihi kita dan betapa berharganya kita di mata-Nya, maka sudah layak dan sepantasnya kita mengucap syukur atas kebaikan Tuhan. Sebagai tindakan konkret, kita mau menyenangkan hati Tuhan dengan berusaha hidup benar di hadapan-Nya dan bersedia dipakai oleh-Nya untuk menyuarakan kebenaran sesuai amanat agung yang disampaikan bagi kita dalam Matius 28:19-20. Dengan  pertolongan Roh Kudus kita berani menyuarakan kebenaran tanpa takut akan risikonya karena percaya, Tuhan akan menjadi pembela kita.  


Doa :

Ya Bapa yang penuh kasih setia, curahkanlah hikmat-Mu atas kami untuk mengingatkan kami bahwa ketika kebenaran-Mu diwartakan, Engkau senantiasa menyertai dan melindungi kami sehingga kami berani menanggung segala risiko. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

er 1:17-19 – HIDUPKATOLIK.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang