(Renungan) Berdiri Memandang Salib
Berdiri Memandang Salib
(Hendri Candra)
(Hendri Candra)
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena
(Yoh. 19:25)
Kalender Liturgi Kamis, 15 September 2022
PW S.P. Maria Berdukacita
Bacaan Pertama : Ibr. 5 : 7-9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 31 : 2-3a, 3b-4, 5-6, 15-16, 20
Bacaan Injil : Yoh. 19 : 25-27
Beberapa tahun silam, seorang oma yang tinggal bersama keponakannya, katakanlah namanya Pak Agus, umat di lingkungan saya, menerima sakramen perminyakan. Oma ini tidak menikah dan tinggal bersama Pak Agus karena Pak Agus teringat wasiat mamanya, adik dari oma ini. Sebelum meninggal dunia, mamanya berpesan supaya menjaga dan memperhatikan oma ini. Rupanya di masa muda, oma ini bekerja keras untuk membesarkan adik-adiknya sepeninggal orang tua mereka.
Dengan penuh rasa syukur, melalui bacaan Injil Yohanes hari ini kita diajak untuk mengenang dan mengalami kasih Yesus yang tiada henti-hentinya. Ketika tergantung di kayu salib menjelang wafat-Nya, Yesus melihat ke Ibu-Nya yang berdiri bersama Maria, istri Klopas, Maria Magdalena dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya. Berkatalah Ia kepada Ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu!” dan kepada murid-murid: “Inilah ibumu!”
Dengan penuh rasa syukur, melalui bacaan Injil Yohanes hari ini kita diajak untuk mengenang dan mengalami kasih Yesus yang tiada henti-hentinya. Ketika tergantung di kayu salib menjelang wafat-Nya, Yesus melihat ke Ibu-Nya yang berdiri bersama Maria, istri Klopas, Maria Magdalena dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya. Berkatalah Ia kepada Ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu!” dan kepada murid-murid: “Inilah ibumu!”
Melalui wasiat terakhirnya ini, Yesus ingin menempatkan Maria sebagai Ibu gereja dan mempersatukan dia dengan kita sebagai jemaat. Mulai saat itu Maria adalah juga Bunda kita semua. Selain mengutus Roh Kudus untuk menemani dan melindungi kita, Yesus juga ingin kita belajar dari keteladanan, ketaatan, kesetiaan, dan ketegaran Bunda Maria, yang berdiri tegar walau dengan hati yang tentunya sangat terluka dan menderita.
Mari, bersama semua umat, kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita yang ditetapkan secara definitif setiap tanggal 15 September oleh Paus Pius X di tahun 1814. Di samping Bunda Maria, kita berdiri memandang salib, merasakan dan mengalami kasih Yesus yang tak berkesudahan dengan sengsara, wafat dan akhirnya bangkit dari mati untuk menebus kita dari dosa-dosa kita.
Kita menyadari kerapuhan dan menyesali dosa-dosa kita dan berjanji dan bertekad untuk lahir menjadi baru. Kita belajar dari ketegaran dan ketaatan Bunda Maria bahwa dengan mengandalkan Yesus, kita bisa mengatasi semua hal.
Doa:
“Ya Bapa yang Mahamurah, kami menyerahkan setiap permasalahan yang kami hadapi kepada-Mu. Bunda Maria, doakanlah kami agar tetap tabah dan setia seperti dirimu, pada saat-saat sulit dan dalam penderitaan hidup kami. Amin.
Komentar
Posting Komentar