(Renungan) Every Season Has a Reason

Every Season Has a Reason
(Fellicia Fenny S)



“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” 
(Pkh. 3 : 1)



Kalender Liturgi Sabtu 24 September 2022
Bacaan  Pertama : Pkh. 3 : 1-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 144 : 1a, 2abc, 3-4
Bacaan Injil : Luk. 9 : 18-22


Segala sesuatu yang terjadi di kolong langit ada masa (suatu periode yang ditetapkan) dan waktu (kejadian yang ditentukan sebelumnya), termasuk kehidupan manusia. Semua berada di bawah satu rangkaian “Rencana Besar Allah”. Suatu kejadian yang tampaknya seperti kebetulan, sesungguhnya merupakan suatu musim kehidupan yang memang harus dilewati sesuai siklusnya. Seperti yang dikatakan pengkotbah “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pkh. 3:1).

Kata musim mengingatkan saya akan pohon sakura. Pertama kali saya melihatnya di musim dingin beberapa tahun silam. Sebuah pohon gundul dan hanya tinggal ranting saja, seolah tampak mati, jauh dari kata indah. Seorang teman bercerita bahwa di musim dingin inilah siklus hidup pohon sakura dimulai …

Dinginnya suhu udara mengkondisikan sakura menjadi pohon yang kuat bertahan melawan terpaan angin nakal. Walaupun pohon tampak mati, namun sebenarnya dia ber-hibernasi, menyimpan banyak energi dari musim-musim lainnya. 

Di setiap musim, sakura memberikan warna dan berkat tersendiri pada lingkungan sekitar. Memasuki musim semi, bunga-bunga kecil warna-warni nan cantik bermekaran, sangat instagramable. Di musim panas, kelopak bunga yang berjatuhan dibuat teh sakura dengan rasa unik. Perubahan warna hijau daun menjadi kuning kemerahan pada musim gugur, memberikan vibes tersendiri, sangat indah dirasakan. Biasanya di musim inilah masyarakat Jepang berkumpul keluarga, merayakan festival panen.
 
Seperti pohon sakura, kehidupan manusia pun ada musimnya. Seperti dikatakan pengkhotbah, ada saat menanam-ada saat mencabut, ada saat merombak-ada saat membangun, ada waktu untuk menangis dan meratap-ada waktu untuk tertawa dan menari. Pengkhotbah menggambarkannya seperti sebuah roda kehidupan, kadang di puncak kadang di lembah. 

Kita perlu belajar dari pohon sakura, tetap bertahan saat tampak tidak ada harapan dan tetap rendah hati saat berada di puncak, karena segalanya akan berlalu pada waktunya. Walaupun tidak dapat menyelami pekerjaan Allah, jalani dan nikmati saja. Tetap berkarya bersama-Nya, memberi warna dan berkat di setiap musim kehidupan. Karena Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh. 3:11).


Doa :

Bapa di dalam surga, terima kasih atas penyertaan-Mu di setiap musim hidupku. Tuntun aku tetap berkarya bersama-Mu, memberi warna dan berkat bagi sesama. Walau ku tak dapat melihat, ajar aku mengerti bahwa segala rencana-Mu indah dalam setiap musim hidupku. Amin.
Siklus Hidup Pohon Sakura yang Penuh Arti - Ciriciripohon.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang