(Renungan) Hidup Baru dalam Pertobatan

Hidup Baru dalam Pertobatan
(Hiyanto Mulia)



“Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” 
(Luk.10 : 16)



Kalender Liturgi Jumat, 30 September 2022 
Bacaan Pertama : Ayb. 38: 1, 12-21; 39 : 36-38
Mazmur Tanggapan : Mzm. 139 : 1-3 ,7-8, 9-10, 13-14ab
Bacaan Injil : Luk. 10 : 13-16
 

Dalam sebuah legenda rakyat dikisahkan ada seorang ibu marah, putus asa, dan sakit hati terhadap perilaku anaknya. Anaknya itu malu mengakui ibunya yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkannya. Karena ibunya sudah tua dan tampil dengan pakaian compang-camping. Kebaikan sang ibu dibalas dengan kelakuan jahat anaknya. Ini membuat hancur hati sang ibu. Sang ibu yang tak dapat menahan kesedihannya pada akhirnya mengutuk sang anak menjadi batu.
 
Yesus, pada Injil hari ini nampaknya juga sedang sedih dan marah terhadap beberapa komunitas. Yesus tidak mengutuk seperti cerita di atas. Yesus hanya mengecam tiga kota di daerah Yahudi, kemudian membandingkannya dengan Tirus dan Sidon. Kecaman Yesus merupakan peringatan, bahwa Tuhan menghendaki adanya perubahan hidup dari orang-orang sesudah mendengar dan mengalami segala kebaikan-Nya. 

Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum mengalami banyak kebaikan dan kemurahan Allah, banyak mukjizat yang dilakukan di sana, tetapi tidak ada perubahan apa pun. Tidak ada pertobatan. 

Bagi Yesus, mukjizat bukan tolak ukur keselamatan. Sejak awal berkarya ajakan Yesus adalah untuk membangun pertobatan. Yesus menyerukan: “Bertobatlah sebab kerajaan Allah sudah dekat”. 

Sebagai pengikut Kristus kita perlu mendengarkan dan meneladani Kristus. Kita diajak untuk terus menerus membangun pertobatan sebagai gaya hidup kita sehari-hari. Setelah mengalami segala kebaikan Tuhan, kita seharusnya menunjukkan perubahan hidup menjadi lebih dekat kepada-Nya dan melakukan kehendak-Nya karena kita mengasihiNya. 

Sangat disayangkan bila apa yang terjadi atas Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum harus terulang dalam kehidupan kita. Namun semuanya diserahkan kembali kepada kita, apakah kita akan bertobat seperti kota Tirus dan Sidon? Atau kita akan mengeraskan hati seperti kota Korazim, Betsaida, dan Kapernaum? 

 
Doa: 

Allah yang Mahakasih, kami bersyukur atas segala anugerah yang Engkau limpahkan kepada kami. Bimbinglah, agar kami senantiasa mendengarkan sapaan-sapaan-Mu lewat peristiwa-peristiwa yang akan kami jumpai hari ini. Dan terus menerus membangun pertobatan sebagai bagian dari gaya hidup kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRzJa6iE37kuKj8UrRXTlyNv4yePjMGJyHQ9w&usqp=CAU





Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang