(Renungan) Jangan Ambisi, Sis!

Jangan Ambisi, Sis!
(Lindawati W.)



“Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”
(Ayub 1 : 21b)



Kalender Liturgi Senin, 26 September 2022
Bacaan Pertama : Ayb. 1 : 6-22
Mazmur Tanggapan : Mzm. 17 : 1.2-3.6-7
Bacaan Injil : Luk. 9 : 46-50


Seorang teman curhat. Dengan kesedihan mendalam ia bercerita telah tertipu koperasi simpan pinjam. Dananya cukup besar dan merupakan harta warisan suaminya. Ia tergiur oleh iming-iming bunga yang lebih besar daripada standar bank. Pada awalnya, selama beberapa bulan ia sempat menikmati bunga yang dijanjikan tetapi akhirnya semua dananya hilang tanpa kejelasan. Sesudah itu menyusul masa pandemi yang membuat usahanya gulung tikar. Penderitaannya datang bertubi-tubi. Saya hanya bisa berkomentar: “Jangan ambisi, Sis! Ambisilah mengumpulkan harta surgawi.“

Secara alamiah memang manusia membutuhkan harta untuk kebutuhan primer, tapi hendaknya jangan lupa bahwa harta dan kekayaan tidak abadi. Keabadian hanya pada Allah sebagai sumber hidup bagi manusia.

Kisah teman ini, mengingatkan saya akan penderitaan yang dialami Ayub. Dengan seizin Allah, iblis mencobai Ayub. Segala yang dimiliki Ayub diambil darinya dan ia sendiri ditimpa barah yang busuk di sekujur tubuhnya. Namun Ayub tidak mengutuk Allah.  Ayub percaya, segala sesuatu dalam hidupnya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. “Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang mengambil!”.

“Mengapa orang baik mengalami penderitaan?” Kitab Ayub tidak bermaksud menjawab pertanyaan tersebut tetapi mengajak manusia beriman untuk menyerahkan penderitaan kepada misteri rahasia Allah. Keadilan-Nya tidak dapat dinilai sebagai hubungan sebab akibat dan terkadang tidak dapat dimengerti oleh akal budi manusia. 

Allah sama sekali tidak terlibat dalam hal-hal buruk yang menimpa manusia. Ia sangat mencintai makhluk ciptaan-Nya dan memberikan kebebasan untuk memilih antara yang baik dan yang buruk. Tetapi kebebasan tersebut mempunyai risiko jika tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

Selama hidup di dunia, manusia tidak dapat terhindar dari penderitaan. Sebagai orang beriman, kita berpengharapan Tuhan hadir dalam hidup kita. Ia terus menerus menyelamatkan kita agar tidak binasa. Solidaritas Allah nyata dalam kehidupan manusia. 

“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8:28a).


Doa: 

Tuhan, aku sadar dalam suka dan duka Engkau selalu hadir dan menguatkan aku dengan sikap tabah. Engkaulah Tuhan yang memberi dan yang mengambil, terpujilah nama-Mu. Aku mohon hikmah-Mu agar dapat memahami kehendak-Mu. Sebab Engkaulah kekuatan dan penyelamatku, kini dan sepanjang masa. Amin.

YUB, PENCOBAAN DAN PEMULIHANNYA | GPPK CHOSEN GENERATION

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang