(Renungan) Kebenaran Iman

Kebenaran Iman
(Johanna Kemal) 



Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
(1 Kor. 15 : 20)



Kalender Liturgi Jumat, 16 September 2022
PW Santo Kornelius, Paus dan Martir; Santo Siprianus, Uskup dan Martir
Bacaan Pertama : 1 Kor. 15 : 12-20
Mazmur Tanggapan : Mzm. 17 : 1.6-7, 8b.15
Bacaan Injil : Luk. 8:1-3

“Saya berani menghadapi resiko kematian sekalipun, demi cinta saya kepada Kristus”. Mungkin inilah yang dikatakan oleh Santo Kornelius dan Santo Siprianus yang kita peringati hari ini.  Mereka hidup di abad ke-tiga. Santo Kornelius adalah Paus gereja Katolik ke-21 dan Santo Siprianus adalah seorang uskup di Kartago, dekat Tunisia sekarang.
 
Mereka  mempertahankan imannya kepada Kristus meski harus menghadapi kematian dengan cara yang sangat keji. Pada waktu itu yang memerintah negara Roma adalah Kaisar Decius dilanjutkan oleh Kaisar Valerianus yang kafir. Gereja  mengalami penganiayaan hingga terpecah-pecah. Banyak sekali orang-orang Kristen yang disuruh menyembah dewa-dewi dan menyangkal imannya. Jika mereka tidak mau, maka mereka dibunuh. 

Kedua Santo ini sungguh berani mempertaruhkan nyawa demi imannya. Iman yang benar, yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebagaimana diungkapkan oleh Santo Paulus : Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

Santo Paulus juga menulis : Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan kepada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia (1 Kor. 15:19).

Bagaimana dengan kita? Sering kita hanya mementingkan hidup saat ini saja. Yang penting saya sukses, keluarga dan orang-orang terdekat saya aman. Hidup hanya sekali, demikian kata orang. Namun, kita juga pernah mendengar orang-orang yang rela mempertahankan imannya kepada Kristus meski harus menghadapi ketidak nyamanan, bahaya keamanan, kedudukan dicopot, dikucilkan dan bahkan kemiskinan.

Tahun 2016, seorang sahabat saya mempertahankan ke-Katolikannya hingga akhir hidup meski dikafirkan oleh keluarganya. Saat diadakan misa requiem, seorang tokoh yang hadir berkata : “Dia telah meninggal sebagai seorang yang bermartabat.” Meski tidak meninggalkan harta, namun dia telah meninggalkan kebaikan dan keberanian untuk menjadi pengikut Kristus yang setia bagi cukup banyak orang di Semarang. 


Doa :

Tuhan Yesus, berilah kami kekuatan dalam memperjuangkan iman kami dalam keadaan apapun. Santo Paulus, terima kasih atas pengajaran  yang diberikan kepada kami dalam bacaan hari ini. Santo Kornelius dan Santo Siprianus, doakanlah kami agar mempunyai keberanian sepertimu. Amin.

https://drlej.files.wordpress.com/2014/04/1-corinthians-15-verse-20.png?w=584&h=584





Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang