(Renungan) Memanfaatkan Kesempatan Berbelas Kasih

Memanfaatkan Kesempatan Berbelas Kasih
(Fidensius Gunawan)



Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”
(Luk. 16 : 31)



Kalender Liturgi Minggu, 25 September 2022
Bacaan Pertama : Am. 6 : 1 a.4-7
Mazmur Tanggapan : Mzm. 146 : 7.8-9a, 9bc-10
Bacaan Kedua : 1 Tim. 6 : 11-16
Bacaan Injil : Luk. 16 : 19-31


Seorang teman bercerita, dirinya sulit menolak ketika diminta melayani Gereja. Entah ketika diminta membawakan pendalaman iman di lingkungan. Entah ketika diminta menjadi ketua lingkungan, koordinator wilayah, bahkan prodiakon. Tapi sisi lain, dia mengakui hatinya sama sekali tak tergerak untuk memberi sekedar sedekah kepada pengemis dan/atau pengamen pinggir jalan atau yang berkeliaran di lampu merah kuning hijau. Karena di matanya, mereka hanya berpura-pura susah, malas bekerja, dan mengambil jalan mudah mencari uang. 

Tapi kemudian hatinya galau dan mulai ragu dengan pendapatnya. Dia sering membaca kisah-kisah seorang romo yang setiap hari Jumat membelanjakan uangnya membeli sekian bungkus/kotak nasi plus lauk, lalu membagikan kepada siapa pun orang yang dinilainya sedang susah. Juga tayangan youtube acara Gerakan Cinta Sesama yang diprakasai oleh Puspas Samadi. Secara rutin mereka membagikan makanan kepada siapa pun yang kebetulan lewat di lokasi dan mau menerima. Bagi Romo tersebut di atas dan bagi Gerakan Cinta Sesama, kehadiran orang-orang ini adalah kesempatan untuk berbela rasa, berbagi kasih. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan kehadiran Lazarus yang miskin, penuh luka borok, dan hampir mati, sebenarnya memberi kesempatan kepada tokoh orang kaya yang bahkan nama tak disebut. Namun kesempatan berbuat kasih kepada sesama ini, sama sekali tak ia manfaatkan. Mungkin ia tidak melihat kesempatan ini, mungkin juga ia tidak tahu bahwa ini adalah kesempatan ini. Setelah mati dan mengalami siksa, ia baru tersadar, namun sudah terlambat.  

Orang kaya ini tidak bernama dan seringkali tokoh-tokoh tak bernama dalam kitab suci sebenarnya membuat kita pembaca dapat menempatkan diri sebagai tokoh tersebut ketika merenungkan perikop terkait. Jadi apakah kita sudah dan dapat melihat kesempatan yang Tuhan beri kepada kita agar kita dapat berbuat kasih bagi sesama. Kalau belum, lihatlah sekeliling kita, siapa saja mereka yang belum kita sapa, belum kita doakan, belum kita kasihi sebagai sesama seturut kehendak-Nya.


Doa 
:

Tuhan Yesus yang penuh kasih, Engkau selalu menghendaki kami berbuat kasih kepada-Mu dan juga kepada sesama. Mampukan kami melihat sesama kami dan berbuat kasih seperti yang Engkau kehendaki. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang