(Renungan) Menjadi Ibu dan Saudara Yesus

Menjadi Ibu dan Saudara Yesus

(Budi Santoso)


Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya” 

(Luk. 8 : 21)


Kalender Liturgi Selasa, 20 September 2022

Bacaan Pertama : Ams. 21 : 1-6, 10-13

Mazmur Tanggapan : Mzm. 119 : 1.27, 30, 34, 35, 44

Bacaan Injil : Luk. 8 : 19-21



Ada dua syarat yang harus dipenuhi supaya kita pantas disebut saudara Yesus yaitu mendengarkan sabda Allah dan menjadi pelaksana sabda. Kadang kita menjumpai orang yang yang hafal dengan ayat-ayat kitab suci, lalu dipakai sebagai alasan pembenaran akan tindakannya, bahkan dalam hal memperkaya diri. Ayat kitab suci tertentu dipergunakan untuk meligitimasi tindakannya sejauh menguntungkan dirinya. Namun kalau ayat kitab suci mengkritik hidupnya, ayat tersebut akan segera ditinggalkan.


Saat kegiatan lingkungan terutama Pendalaman Iman (PI) bulan kitab suci, beberapa umat lingkungan dan pengurus nampak sangat antusias dan peduli akan kegiatan ini. Dalam whatsapp group lingkungan, mereka merespons akan hadir dalam pertemuan PI online. Siang hari sebelum PI, di whatsapp group lingkungan diposting kembali tentang kegiatan PI sebagai reminder. Biasanya mendapat respons yang cukup banyak, menyatakan akan hadir. Beberapa menit sebelum PI berlangsung, penyelenggara  menelpon umat lingkungan meminta untuk hadir. Proses ini memakan waktu sekitar 30 menit untuk membujuk/memaksa. Ada yang bisa hadir, ada yang tidak menjawab panggilan, ada pula yang dengan alasan tertentu bilang tidak bisa hadir. Secara umum, rata-rata umat yang hadir berkisar 10-15 orang termasuk tiga orang penyelenggara: pembawa acara, fasilitator, dan pengatur pujian. Dalam acara PI online, umat secara acak dirangsang dengan memberikan pertanyaan untuk ditanggapi.


Sangat mengecewakan orang-orang yang tadinya sangat antusias dan aktif, justru tidak hadir dengan berbagai alasan. Sebagai bagian dari penyelenggara, dalam hati saya marah dan ingin sekali menyerah. Saya sempat bergumul untuk meninggalkan tugas yang menjadi tanggung jawab saya. Namun saya teringat akan nasihat Rasul Paulus dalam suratnya kepada orang Roma yang menyerukan untuk tekun berbuat baik (bdk. Rom. 2:7).   Bacaan hari ini menguatkan saya, untuk tidak sekedar menjadi pendengar sabda tetapi juga pelaksana sabda. Saya harus tekun, terus belajar berpikir positif dan mau berkorban. Semoga saya layak menjadi saudara bagi Yesus.



Doa : 

Ya Tuhan, mampukan saya untuk senantiasa belajar mendengarkan sabda-Mu dan melaksanakannya. Amin.


http://manurungnairasaon.blogspot.com/2017/11/lukas-8-20-21-mereka-melakukan.html



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang