(Renungan) Bagaimana Berdoa yang Benar?

Bagaimana Berdoa yang Benar?
(P.N. Arief Mulyono)



Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
 (Luk. 18:14)


Kalender Liturgi, Minggu 23 Oktober 2022
Bacaan Pertama : Sir. 35 : 12-14. 16-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34 : 2-3. 17-18. 19. 23
Bacaan Injil : Luk. 18 : 9-14


Pada suatu ketika saya bertugas sebagai petugas tata tertib di gereja. Ada umat yang baru datang pada saat romo memulai homili. Dalam hati kecil saya terbersit  pikiran, “Wah datang ke gereja kok hanya untuk komuni?” Kemudian di minggu berikutnya ketika kegiatan di akhir pekan sangat padat dan saya datang terlambat mengikuti misa dikarenakan anak yang rewel dan misa saat itu merupakan jam terakhir. Saya dengan hati gelisah, tidak tenang dan malu mengikuti misa karena terlambat. Dalam keadaan gelisah saya kembali mengingat dan merenungkan ketika saya mengkomentari orang lain yang datang terlambat, mungkin saja hal tersebut bukan yang disengaja karena dia sudah mengupayakan yang terbaik. Karena saya pun melakukan kesalahan yang sama.

Bacaan Injil hari ini mengingatkan saya bahwa orang sering kali mengangap dirinya benar dan memandang  rendah semua orang lain, terutama dalam doa-doa saya. Kita dapat belajar dari dua orang yang pergi ke bait Allah untuk berdoa, yaitu orang Farisi dan pemungut cukai. Mereka bersamaan berdoa di bait Allah, namun isinya sangat bertolak belakang. 

Doa orang Farisi isinya memuji-muji dirinya sendiri dan tidak meminta apa pun kepada Allah, sedangkan doa pemungut cukai terdorong oleh hati nuraninya yang menyesal atas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya, dengan berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit serta memukuli dirinya sendiri meminta ampun kepada Tuhan.
 
Melalui perumpananan ini saya menyimpulkan, dalam berdoa sikap kita sebaiknya kita berdialog dengan Tuhan, mengarahkan hati kepada Tuhan jangan berfokus pada diri sendiri. Merendahkan diri dan mengakui bahwa saya mahluk yang berdosa dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Maka dalam setiap perayaan Ekaristi pun selalu dimulai dengan mengakui dosa-dosa kita dan mempersiapkan hati untuk berdialog dengan Tuhan dalam kerendahan hati.

Semoga dengan perumpamaan yang Yesus berikan ini, dapat semakin memperbaiki kehidupan doa kita dan relasi dengan Tuhan yang dibungkus dengan kerendahan hati, untuk mempersiapkan kehadiran Tuhan dalam doa.


Doa:

Ya Tuhan, ampuni saya orang berdosa. Bantu saya agar saya tidak mudah mengkomentari atau pun menghakimi orang lain. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang