(Renungan) Kaya untuk Siapa?

Kaya untuk Siapa?
(Yashinta Roslini Onwardi)



“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." 
(Luk.12 : 21)



Kalender Liturgi Senin, 17 Oktober 2022
PW. St. Ignatius dari Antiokia
Bacaan Pertama : Ef. 2 : 1-10
Mazmur Tanggapan : Mzm. 100 : 2, 3, 4, 5
Bacaan Injil : Luk. 12 : 13-21


Kita masih ingat kisah nyata yang  terjadi di Singapura. Ada seorang  pengusaha, setelah  istrinya meninggal, ia membesarkan dan mendidik putera tunggalnya  dengan baik. Saat puteranya dewasa dan menikah, sang pengusaha dengan senang hati mengijinkan anak dan menantunya tinggal bersama di apartemen sang pengusaha yang mewah. Dengan harapan hari-harinya akan ramai jika ada cucu dan dia dapat berbagi kebahagiaan bersama mereka. Tanpa ragu sang ayah mewariskan semua kekayaannya termasuk apartemen yang mereka tempati kepada puteranya. Waktu berlalu, masalah klasik rumah tangga - anak menantu terjadi. Mereka bertengkar lalu anaknya tega mengusir sang ayah keluar dari apartemennya.  Berhubung semua kekayaan sang pengusaha sudah diwariskan kepada anaknya, sejak saat itu sang ayah terpaksa menjadi pengemis di Orchard Road. Kisah seperti ini juga banyak terjadi di negeri kita. Misalnya ada anak menggugat ibunya ke pengadilan karena urusan kepemilikan bisnis, rumah, atau tanah warisan. Ketamakan mampu membuat seorang anak menghancurkan orang tuanya sendiri.

Injil hari ini sungguh mengingatkan kita untuk waspada terhadap sifat tamak manusia akan harta duniawi. Pun agar manusia tidak menggantungkan hidup hanya pada harta kekayaan dunia saja. Yesus mengajarkan melalui perumpamaan orang kaya yang bodoh karena memperbesar ketamakannya akan harta duniawi yang dipakai untuk dirinya sendiri. Dia mengingatkan bahwa jiwa manusia dapat diambil setiap saat, lalu tumpukkan harta tersebut untuk siapa nanti. Jika orang tersebut tidak pernah berbuah dalam kasih, dia tidak kaya di hadapan Allah (Luk.12:21). Maka carilah kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya terlebih dulu karena semua itu berlandaskan pada kasih karunia-Nya. Sebagaimana Rasul Paulus meneguhkan umat di Efesus  (Ef.2:7): pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya  terhadap kita dalam Kristus Yesus.  

Pertanyaannya, apakah  saya juga termasuk dalam kelompok mereka yang menumpuk harta untuk diri sendiri? Atau sudahkah saya  berbuah dalam kasih dengan segala berkat dan kasih yang sudah saya terima terlebih dahulu dari-Nya. 


Doa : 

Allah Bapa yang Maharahim, kami mengucap syukur dan terima kasih atas segala berkat dan kasih karunia-Mu kepada kami selama ini, bimbinglah hati dan pikiran kami agar kami selalu bersandar kepada-Mu saja dan kami senantiasa sadar untuk berbuah dalam kasih dengan semakin peduli kepada sesama khususnya kepada mereka yang terpinggirkan. Amin.

ASPADALAH TERHADAP SEGALA KETAMAKAN – Renungan Harian Katolik


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang