(Renungan) Mental Hamba

Mental Hamba
(Yohanna Fransisca Tjen Nonie) 



Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang 
(Luk. 12 : 43)



Kalender Liturgi Rabu, 19 Oktober 2022
Bacaan Pertama : Ef. 3 : 2-12
Mazmur Tanggapan :Yes. 12 : 2-3, 4bcd, 5-6
Bacaan Injil : Luk. 12 : 39-48

 
Mental hamba bisa berarti negatif yaitu harus disuruh-suruh, tidak punya inisiatif dan tidak punya tanggung jawab. Namun juga bisa berarti positif, setia, dapat diandalkan, dan mau menyenangkan majikannya. Mental seperti inilah yang Tuhan Yesus inginkan ada pada para murid-Nya.

Pertama, hamba yang siap melayani tuannya. Kesiapan itu ditunjukkan dengan berjaga-jaga, tanpa adanya batas waktu, bahkan di tengah malam maupun dini hari, selalu siap. 
Kedua, hamba yang dapat diandalkan, bukan hanya menunggu disuruh-suruh, tapi siap melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. 

Berkaitan dengan "siap" ini, saya mempunyai pengalaman sewaktu menjadi ketua lingkungan. Tengah malam saya ditelepon untuk datang ke rumah seorang umat. Waktu itu sudah pukul 12 malam. Si penelepon berkata bahwa ada keperluan yang mendesak. Saya pun langsung datang ke rumahnya. Apa yang terjadi? Anak gadisnya mengalami gangguan. Dia dalam posisi memeluk ibunya dengan erat sejak pukul 5 sore hingga baju ibunya compang-camping karena dirobek sang anak. Sang ayah terkulai lemas karena darah tingginya naik. 

Mereka meminta saya datang, karena dipercaya sebagai hamba Tuhan, yang bisa menolong mereka. Puji Tuhan, anak itu melepaskan pelukannya, dan orang tuanya mendapatkan kekuatannya kembali. 

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang merasa sebagai hamba Tuhan bukan saja siap dalam pelayanan Firman untuk menolong orang agar mengenal Tuhan, namun juga siap dalam pelayanan kasih lainnya, tanpa mengenal waktu. 

Kadang urusan pribadi menjadi alasan, seakan menolak rahmat yang Allah berikan, dengan mengatakan, saya sibuk, saya sudah mengantuk, saya capek dan sebagainya. 

Dalam Efesus 3:8, rasul Paulus juga mengatakan, karunia ini, untuk dibagi-bagikan, bukan untuk disimpan bagi dirinya sendiri. Seperti halnya seorang hamba yang dipercayakan Tuhan, harusnya  melakukan perintah-Nya tanpa mengingat-ingat kepentingan pribadi, tetapi lebih ingin mengabdi dan berbagi. 


Doa :

Ya Tuhan Allahku, berilah hamba-Mu ini, kekuatan, ketulusan dan berkat, agar selalu siap melayani umat-Mu dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Amin.

Bacaan Injil, Rabu, 20 Oktober 2021 (Lukas 12:39-48) - Katolikku


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang