(Renungan) Beriman dengan Karya

Beriman dengan Karya
(Hiyanto Mulia)



“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” 
(Mat. 7 : 21)



Kalender Liturgi Kamis, 01 Desember 2022 
Bacaan Pertama : Yes. 26 : 1-6
Mazmur Tanggapan : Mzm. 118 : 1, 8-9, 19-21, 25-27a
Bacaan Injil : Mat.7 : 21, 24-27
 

Dalam hidup keseharian, ada banyak orang yang pintar berkata-kata tetapi kosong dalam perbuatan. Ada pula orang yang berdoa begitu panjang dan bertele-tele, seolah-olah semakin panjang doanya semakin hebatlah dia. Apakah orang tersebut sungguh-sungguh berdoa? Atau sekadar memamerkan kata-kata yang indah? Atau hanya ingin memperlihatkan kebolehannya? Memang itulah manusia, kadang apa yang telah ia katakan belum tentu dapat ia jalankan.
 
Menyerukan nama Tuhan dalam doa itu penting, tapi tidak cukup berhenti di situ. Pintu surga tidak terbuka bagi mereka yang hanya berseru, “Tuhan, Tuhan”, tetapi tidak melaksanakan kehendak Tuhan. Sebab yang menjadi tolok ukur bagi Tuhan, adalah bila kita mengasihi Tuhan dan melakukan segala perintah-Nya. Yesus mengajarkan kita bahwa kata-kata indah atau “lip service” tidak perlu. Yesus menghendaki tindakan yang serius untuk menyatakan iman kita kepada Tuhan dalam tindakan sehari-hari. “Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana” (Mat 7:24a). Seperti halnya  aklamasi sesudah Injil dibacakan,  “Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya”.
 
Yang dituntut Yesus adalah tindakan konkrit dalam melaksanakan kehendak Allah yaitu “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati dan jiwamu dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri” (bdk Mat. 22:37-40). Itulah hukum kasih. Kedua hukum ini sering kita baca dan dengar bahkan sambil lari pun kita hafal. Tetapi bukan hanya itu saja, melainkan harus dilakukan, dan diterapkan dalam keseharian hidup umat manusia. 
 
Sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasul Yohanes, “Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Maka kita mengetahui bahwa iman kita kepada Tuhan harus pula dinyatakan di dalam perbuatan kita. Pada akhirnya kasih yang menjadi takaran dari semuanya. Dengan demikian, iman kita tidak akan mudah goyah kendati diterpa banjir dan berbagai macam badai kehidupan. Kita menjadi orang yang bijaksana.
 

Doa: 

”Yesus, aku sering berdosa, namun dalam segala keterbatasanku, aku telah berusaha mencari kasih dan kebenaran dengan segenap akal budi, hati, dan pikiranku. Aku berusaha dengan sekuat tenagaku untuk menjalankan semua perintah-Mu, walaupun kadang seringkali aku gagal. Dalam kemurahan-Mu, ya Yesus, janganlah mengadiliku berdasarkan apa yang telah aku perbuat, tapi adililah aku menurut belas kasih-Mu.” Amin.

enungan Harian, Kamis, 07 Desember 2017, Mat. 7:21.24-27 - Mirifica News

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang