(Renungan) Totalitas kepada Allah

Totalitas kepada Allah
(Ignasius Hardjo Subroto Lilik)



Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. 
(Why 3 : 15-16)



Kalender Liturgi Selasa, 15 November 2022
Bacaan Pertama : Why. 3 : 1-6, 14-22
Mazmur Tanggapan : Mzm. 1 : 1-2, 3-4, 6
Bacaan Injil : Luk. 19 : 1-10


Setelah menempuh pendidikan kitab suci di KPKS  selama tiga tahun, saya merasakan tertarik belajar menafsirkan perumpamaan dalam kitab suci. Inilah yang menjadi kendala saya dalam membaca kitab suci selama ini. Ini juga membawa saya kepada keasyikan dalam mempelajari firman. Hampir setiap hari  saya mencoba mencari makna bacaan harian melalui buku-buku tafsir.

Sampai satu waktu, saya merasa hanya belajar dan belajar menafsirkan, tanpa suatu tindakan untuk menjalankan firman-Nya. Secara tidak sengaja saya melihat video paduan suara alumni KPKS. Di sana ada kata-kata “….. siap berkarya, siap menaburkan firman-Mu Tuhan.” Saya merasa seperti diingatkan untuk berbuat, mewartakan Firman-Nya, tidak hanya mempelajari arti firman-Nya. 

Hal ini bersamaan dengan dicetuskannya ide untuk membuat renungan harian oleh alumni KPKS yang saat itu dimulai dari alumni angkatan kedua. Saya merasa inilah saatnya menaburkan firman Tuhan dari apa yang saya pelajari. Apalagi saat itu masa pandemi. Semua kegiatan dibatasi.

Ketika membaca bacaan pertama hari ini tentang keadaan jemaat di Laodikia. Saat itu, mereka hidup dalam kemakmuran. Mereka sanggup membangun dengan biaya sendiri kotanya yang rusak akibat gempa tanpa bantuan. Mayoritas mereka adalah Kristiani, namun  tidak sepenuhnya menghidupi kekristenannya. Mereka beribadah kepada Allah, mendapatkan pengajaran firman-Nya, namun tidak menghidupinya. Mereka sangat percaya diri atas prestasi mereka, juga mereka menyembah kepada raja dan berhala-berhala seperti dewa kesembuhan Asklepus.

Melalui Yohanes Allah menegur mereka agar tidak suam-suam kuku. Mereka harus mengambil sikap untuk setia dan menjalankan ajaran Allah secara totalitas. Kesetiaan pada Allah tidak bisa dikompromikan dengan partispasi dalam penyembahan raja dan berhala. Allah menawarkan mereka berbalik dari hidup suam-suam kuku, dengan membeli emas yang telah dimurnikan dalam api (kekayaan rohani), pakaian putih (hidup baru di dalam Tuhan), minyak untuk melumasi mata (melihat kehidupan secara realistis).

Saya sungguh diingatkan sekali lagi untuk tidak berhenti pada menafsirkan firman-Nya dan beribadah, tapi juga melakukan dan mewartakannya. Janganlah saya suam-suam kuku.


Doa : 

Allah Bapa di Surga, terima kasih atas kemurahan-Mu untuk saya boleh belajar kitab suci untuk lebih mengenal firman-Mu yang jadi kerinduan saya selama ini, dan juga rahmat-Mu mengingatkan saya untuk melakukan Firman-Mu yang saya pelajari, sehingga saya tidak menjadi umat yang suam-suam kuku. Mohon rahmat-Mu agar saya selalu dikuatkan untuk setia melakukan firman-Mu dalam kehidupan sehari-hari saya. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang