(Renungan) Inkarnasi

Inkarnasi 
(Thomas Hari Hartanto)
 


Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yoh. 1 : 14)


 
Kalender Liturgi Sabtu, 31 Desember 2022
Bacaan Pertama : 1 Yoh. 2 : 18-21
Mazmur  Tanggapan : Mzm. 96 : 1-2, 11-12, 13
Bacaan Injil : Yoh. 1 : 1-18

 
Seorang remaja bertanya pada ayahnya, “ Mengapa Allah bersusah payah ingin agar manusia terbebas dari dosa dengan mengirim anak-Nya yang tunggal ke dunia dan menderita demi keselamatan manusia? Bukankah Allah Maha Kuasa? Mengapa tidak dimusnahkan saja manusia itu dan kemudian dapat menciptakan manusia baru yang bebas dari dosa.”

Secara jujur sang ayah tidak menduga bahwa anaknya akan bertanya seperti itu. Di satu sisi pertanyaan itu seperti menggugat kemapanan iman yang selama ini diyakininya tanpa banyak bertanya, tetapi percaya saja bahwa begitulah kisah itu adanya. Sementara di sisi yang lain pertanyaan itu juga menyadarkan sang ayah bahwa anaknya memiliki iman yang hidup yang selalu mencari pengertian untuk dapat dipahami dengan akal sehat.

Dia teringat bahwa kitab suci bercerita tentang Allah yang pernah mencoba memusnahkan manusia dengan air bah. Namun ketika didapatinya keluarga Nuh adalah orang yang benar di mata-Nya, maka mereka diselamatkan-Nya melalui sebuah bahtera. Dan oleh karena sepuluh orang benar maka Allah bermaksud mengurungkan niat-Nya untuk memusnahkan kota Sodom yang seluruh penduduknya hidup dalam kejahatan dan dosa. Rupa-rupanya inilah letak masalahnya : bahwa Allah tidak mungkin bertentangan dengan diri-Nya sendiri yang adalah kasih. Yang diinginkan-Nya adalah pertobatan manusia, bukan kematiannya.

Manusia tidak dapat memahami secara benar apa yang dikehendaki Allah dari mereka. Hanya Sang Anak yang berasal dari Bapa yang dapat sepenuhnya memahami kehendak-Nya. Dengan berinkarnasi menjadi manusia Sang Anak menyatakan kehendak Allah melalui seluruh hidupnya. Dan inilah yang dinyatakan-Nya: yaitu ketaatan kepada Allah dan  melaksanakan kehendak-Nya secara sempurna sampai mati. Sebagai manusia Ia telah menunjukkan hal itu dalam seluruh hidup-Nya sendiri, sehingga tak seorang pun dapat berdalih seperti dikatakan-Nya,” Sekiranya Aku tidak datang, dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!” (Yoh.15:22).

Allah seringkali mengundang seseorang untuk datang lebih dekat pada-Nya melalui banyak cara, termasuk melalui anak-anak dan remaja dalam sebuah keluarga .
 

Doa :

Ya, Tuhan betapa besar kasih-Mu kepada kami, manusia ciptaan-Mu, sehingga rela menjadi senasib dengan manusia yang berdosa. Engkau berkenan mengosongkan diri-Mu dan menjadi hamba, sama dengan kami, semata mata agar kami dapat Kau tebus  menjadi milik-Mu kembali. Ampuni aku yang berdosa ini. Amin.

Image result for firman menjadi manusia

https://th.bing.com/th/id/OIP.bkPirj_Tdbq63L1eV_VJ6QHaFK?w=255&h=180&c=7&r=0&o=5&dpr=1.3&pid=1.7


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang