(Renungan) Kesaksianku Bukan Kesaksianmu

Kesaksianku Bukan Kesaksianmu
(Antonius Tjahiono)



Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu
(Mat. 10 : 20)



Kalender Liturgi Senin, 26 Desember 2022
Pesta St. Stefanus, Martir Pertama
Bacaan Pertama : Kis. 6 : 8-10; 7 : 54-59
Mazmur Tanggapan : Mzm. 31 : 3a-4, 6.8a, 16b, 17
Bacaan Injil : Mat. 10 : 17-22


Hari ini adalah Pesta St. Stefanus, Martir Pertama. Nama Stefanus aku ambil ketika menerima Sakramen Krisma, tetapi pada waktu itu aku tidak tahu apa arti sesungguhnya dari penerimaan Sakramen Krisma, juga tidak tahu peran apa yang dapat aku ambil dari St. Stefanus. Yang kutahu, nama itu bagus.

Aku dibaptis pada usia 21 tahun dan karena satu alasan khusus, baptisanku tidak melalui Katekese. Sehingga aku lamban mengenal kisah Yesus Kristus, sekarang pun aku belum sungguh mengenal-Nya. Penerimaan Sakramen Krisma seminggu setelah dibaptis, juga dengan tidak menerima Katekese, sehingga aku merasa biasa-biasa saja.
 
Selama 34 tahun, aku menjalani hidupku dengan iman KTP. Namun selama 7 tahun terakhir ini, aku baru mulai mengenal kisah Yesus Kristus. Aku mulai membaca Kitab Suci, dan sedikit kudapat pengetahuan, sehingga imanku yang lama layu, puji syukur kini telah bertumbuh. Allah masih memberikan waktu untukku menyegarkan iman. 

Di perikop ini Yesus menyadari dan tahu apa yang akan dihadapi murid-murid-Nya nanti dalam mewartakan Injil-Nya. Memang murid-murid-Nya sudah tahu ajaran-Nya, sudah tahu apa yang harus dilakukan, namun mereka tidak tahu apa yang dihadapi di ladang misi nanti. Karenanya Yesus mengingatkan bahwa mewartakan kabar baik tidak selalu mulus diterima, tetapi bisa banyak penolakan bahkan dibenci dan dianiaya oleh orang-orang terdekat. Namun Yesus menjanjikan pertolongan-Nya dengan bersabda: Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu (Mat. 10:20).   

Sesuai kehendak Yesus, aku senantiasa siap bersaksi, tetapi kesaksianku bukan kesaksianmu dan kesaksianku tak sehebat kesaksian St. Stefanus, yang mengalami persis apa yang disabdakan Yesus. Ia mengalami penganiayaan, diserahkan ke Majelis Agama, disesah bahkan dilempari batu, namun tak sedikit pun goyah imannya hingga menjadi martir.

Aku berharap dapat seperti St. Stefanus, Santo Pelindungku yang melawan para musuhnya dengan cinta kasih akan Tuhan Yesus dan aku mau bersaksi dengan perbuatan dan perkataan yang dibimbing dan dipimpin oleh Roh Kudus. 


Doa: 

Ya Bapa, terima kasih atas kemurahan hati-Mu, semoga bersama Roh Kudus-Mu aku tidak kuatir dan berani memberikan kesaksian akan cinta kasih-Mu yang telah kurasakan. Amin.

elita Hati: 26.12.2017 – Setia Hingga pada Akhirnya | SESAWI.NET

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang