(Renungan) Prasangkaku adalah Kesombonganku

Prasangkaku adalah Kesombonganku
(Widyawati)



“Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus”
(Mat. 1 : 16)



Kalender Liturgi Sabtu, 17 Desember 2022
Bacaan Pertama : Kej. 49 : 2. 8 - 10
Mazmur Tanggapan : Mzm 72 : 1-2, 3-4ab, 7-8, 17
Bacaan Injil : Mat. 1 : 1 - 17


Injil hari ini menceritakan tentang silsilah Yesus dengan beberapa nama yang reputasinya kurang baik di sana. Ada Tamar yang tidur dengan ayah mertuanya. Ada Daud yang mengingini istri panglima perangnya. Penolakan atas silsilah Yesus yang kurang keren bisa kita jumpai di Lukas 4 : 22. Saat Yesus mengajar di Nazaret, orang-orang yang merasa kenal dengan keluarga Yesus bertanya : Bukankah Ia ini anak Yusuf? Siapa sih Yusuf itu? Hanya tukang kayu biasa, bukan raja, bukan nabi, bukan kepala rumah ibadat. Masa anak tukang kayu miskin mau mengajari ahli-ahli taurat dan orang-orang kaya ? Pikiran-pikiran ini muncul dari hati yang sombong, yang merasa lebih baik garis keturunannya dan yang merasa lebih hebat keluarganya daripada keluarga Yesus.

Tak beda dengan sekarang istilah bibit, bobot dan bebet masih sering dipertanyakan saat mencari pasangan hidup. Dia anaknya siapa, agamanya apa, pekerjaan bapaknya apa, ekonominya bagaimana, sekolah di mana dan lain lainnya. Semakin kaya dan berkuasa satu pihak, makin berat persyaratan bibit, bebet dan bobotnya. Saya yang berasal dari Surabaya sempat ditentang oleh orang tua saya saat berpacaran dengan suami saya yang berasal dari Medan. Orangtua saya menilai orang Medan kasar dan ambisius. Stereotip alias prasangka pasti mengandung asas praduga bersalah dan menggenaralisasi ke semua orang. Puji Tuhan melalui interaksi terus menerus yang positif akhirnya orangtua saya memahami bahwa menantunya yang berasal dari Medan ini punya sifat terus terang, bukan kasar dan giat bekerja mencari nafkah, bukan ambisius yang negatif. 

Sejak saat itu saya berusaha menilai seseorang dari tingkah laku dan sifat-sifatnya, walaupun tidak bisa dihindari terkadang prasangka masih sering membayang-bayangi. Bacaan hari ini mengingatkan kita semua untuk tidak mudah berprasangka, untuk lebih murni dan lebih rendah hati saat berhubungan dengan siapa saja karena setiap prasangka sebenarnya adalah bentuk kesombongan kita.

 
Doa : 

Yesus yang baik, ajari kami untuk tulus, murni dan tanpa prasangka membina relasi dengan sesama kami. Jernihkan hati kami supaya kami bisa melihat kebaikan dalam diri setiap sesama kami. Amin.

Image result for prasangka
https://th.bing.com/th/id/OIP.dDHyH_c-Gz8bxNSE_NhCDgHaFj?w=225&h=180&c=7&r=0&o=5&dpr=1.3&pid=1.7


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang