(Renungan) Tuhan Memberi Rahmat

Tuhan Memberi Rahmat
(M. Maria Novita)



Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" 
(Luk. 1 : 66a)



Kalender Liturgi Jumat, 23 Desember 2022
Bacaan Pertama : Mat. 3 : 1-4, 4 : 5-6
Mazmur Tanggapan : Mzm. 25 : 4bc-5ab, 8-9, 10, 14
Bacaan Injil : Luk. 1 : 57-66


Kelahiran anak yang dinantikan, tentulah sangat membawa sukacita. Apalagi seorang anak laki-laki bagi masyarakat suku Tionghoa konservatif, terlebih yang beragama Kong Hu Cu. Budaya sangat "merajakan" anak laki-laki juga menjadi pilihan orang tuaku, karena laki-laki adalah pemimpin dan pengambil keputusan dalam keluarga, penerus marga, serta pewaris dan pemelihara abu leluhur. 

Aku dan keempat adikku terlahir perempuan semua. Perbedaan perlakuan yang sangat mencolok telah menciptakan keegoisan, kecemburuan, kesemena-menaan, kesepian dan permusuhan, sampai kami dewasa dan berkeluarga. Tercipta dua kubu yaitu antara anak-anak perempuan yang saling melindungi dan Koko yang selalu dijauhi. Semuanya terlena dan terjebak dalam perasaan dan sikap wajar seolah-olah tidak ada alasan untuk berdamai.

Kelahiran Yohanes Pembaptis mengingatkan tentang panggilan sebagai orang-orang yang dibaptis. Zakharia dan Elisabet sebagai orang tuanya, telah membuktikan ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah dengan memberinya nama Yohanes, yang berarti Tuhan memberi rahmat. Saat itu juga terlepaslah ikatan lidah Zakaria yang membisukan. 

Yohanes dilahirkan dengan banyak keajaiban dan bertugas merintis jalan bagi kedatangan Yesus Sang Juru Selamat. Yohanes yang dipenuhi Roh Kudus pun melaksanakan tugasnya memberitakan tentang kebenaran, pertobatan dan warta Kerajaan Allah.  

Bagaikan Zakharia yang terlepas lidahnya dan kembali bisa bicara, kepergian Koko untuk selamanya menghenyakkan kami dari buaian panjang.  Seandainya waktu bisa diputar balik, rekonsiliasi seharusnya sudah dirintis sejak kami mengenal Kristus. Ironis memang mengingat almarhum Koko pula yang membuka jalan hingga semua adik-adiknya dibaptis dalam iman Katolik sejak masih remaja.

Penyesalan selalu datang terlambat. Biarlah refleksi diri ini menghantarkanku pada pertobatan. Berani bersikap mau berekonsiliasi dengan masa lalu, orang tua dan terutama dengan diriku sendiri.

Sejak awal Allah memiliki rencana dan memberikan peran kepada kita masing-masing, dalam seluruh rencana keselamatan Allah. Dengan dibaptis, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah yang akan menjalani hidup seturut kehendak Allah.  

Akan menjadi siapakah aku nanti? Apakah peranku menanggapi rahmat Tuhan dalam menyambut kedatangan Sang Mesias tahun ini?


Doa :

Bapa yang berbelas kasih. Aku sadar akan kerapuhanku. Mohon kesadaran dan kekuatan untuk berdamai selagi masih ada waktu. Terlebih dalam relasi dengan orang-orang terdekatku. Aku meyakini hanya dengan mengandalkan rahmat-Mu aku akan dimampukan. Dan semoga ketaatan ini semakin menghadirkan hati yang damai, untuk menyambut kedatangan Kristus Sang Raja Damai. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang