(Renungan) Militansi Iman

Militansi Iman
(Dewi Mulyati S.)



Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan
(Ibr. 12 : 1-2)



Kalender Liturgi Selasa, 31 Januari 2023
Bacaan Pertama : Ibr 12 : 1-4
Mazmur Tanggapan : Mzm. 22 : 26b-27, 28, 30, 31-32
Bacaan Injil : Mrk. 5 : 21-43


Ketika SD nilai matematika saya sering jelek. Ibu saya yang disiplin bilang bahwa saya harus lebih tekun belajar matematika. Tekun dalam definisi beliau adalah saya wajib mengulang pelajaran matematika sepulang sekolah, menyelesaikan soal-soal matematika dari macam-macam buku latihan, mengurangi waktu bermain dan nonton TV, dan menerima beliau sebagai tutor belajar. Singkat cerita, nilai matematika saya menjadi baik. Kalau saya refleksikan tentang faktor pendorong dalam menaklukkan matematika, selain ibu saya yang galak, adalah karena saya dibuat percaya kalau nilai matematika saya baik maka saya punya pilihan yang lebih luas ketika kuliah nanti. Oleh sebab itu saya tahan-tahankan menjalani waktu-waktu belajar dan berlatih yang panjang, bagaikan seorang militan.

Bacaan pertama hari ini mengingatkan saya pada militansi belajar matematika. Upaya kita untuk menanggalkan dosa bukanlah perkara mudah. Kita harus mempunyai mindset seorang militan yang fokus untuk menang dalam pergumulan melawan dosa, fokus terhadap hasil akhir yaitu menuju kepada kesempurnaan iman. 

Iman kita atas jalan keselamatan bersama Yesus hendaknya kita peluk dengan jiwa militansi ala perempuan yang sudah 12 tahun lamanya menderita perdarahan (Mrk. 5:21-43). Bagaimana perempuan tersebut dengan single minded fokus hanya untuk bisa menyentuh jubah Yesus? Karena dia percaya dengan itu dia akan disembuhkan. Dia kesampingkan hambatan akan dirinya seorang perempuan yang harus menerobos kerumunan laki-laki yang berada di sekeliling Yesus.  

Perikop ini juga mengetengahkan militansi iman Yairus akan Yesus demi kesembuhan anaknya. Dia tidak ambil pusing anggapan orang banyak bahwa Yesus yang sering menentang otoritas kepala rumah ibadat seperti dia, seharusnya menjadi musuhnya. Kenyataannya Yairus tersungkur di depan Yesus karena dia percaya Yesus bisa menyembuhkan anaknya yang hampir mati. Kepercayaannya akan Yesus yang akan menolongnya tidak luntur bahkan di tengah logika umum dimana harapannya akan sia-sia karena anaknya ternyata sudah mati. 


Doa:

Ya Bapa, kami mohon rahmat keteguhan hati, untuk memampukan kami dalam memenangkan pergumulan kami mengalahkan godaan dosa di sepanjang hidup kami. Tuntunlah mata kami untuk hanya memandang Putra-Mu sebagai sumber kekuatan lewat teladan-Nya di jalan Salib. Terangilah hati kami agar jelas akan tujuan keselamatan bersama-Mu. Semoga kami kuat dan bertekun dalam lika-liku perjalanan keseharian hidup kami. Amin.

PERLOMBAAN IMAN ~ IBRANI 12

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fperspektiftujuanhidup.blogspot.com%2F2019%2F10%2Fperlombaan-iman-ibrani-12.html&psig=AOvVaw0V8LMc5iF4M02me3612KTq&ust=1674982454125000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCLi12oPy6fwCFQAAAAAdAAAAABAE



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang