(Renungan) Mengampuni, Langkah Menuju Keselamatan Kekal

Mengampuni, Langkah Menuju Keselamatan Kekal
(Rita Clara)



“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di Surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”
(Mat. 6 : 14–15)



Kalender Liturgi Selasa, 28 Februari 2023
Bacaan Pertama : Yes. 55 : 10-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34 : 4-5, 6-7, 16-17, 18-19
Bacaan Injil : Mat. 6 : 7-15 


Ampuni, maka kamu akan diampuni! 

Semua orang mau selamat, namun banyak yang sulit melakukan perintah yang satu ini. Bukan berarti tidak bisa. Sudah banyak contoh, baik dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru maupun dalam kehidupan kita sekarang.

Yusuf yang telah dicelakai dan dijual oleh saudaranya, akhirnya mau memaafkan mereka. Daud mengampuni Saul, walaupun Saul berusaha berkali-kali membunuhnya. Paus Yohanes Paulus II mengampuni penembaknya, Mehmet Ali Agca.

Mungkin kita menjadi salah satu orang yang paling sulit untuk mengampuni. Hati kita terlanjur luka, kecewa dan marah. Di saat itu, apakah kita sempat mengingat apa yang telah kita dapatkan dari Bapa melalui Putera-Nya Yesus Kristus? “Tuhan melakukan apa yang sesungguhnya tidak layak bagi diri-Nya, agar kita dapat menjadi apa yang sesungguhnya tidak layak bagi diri kita.” (Fr. Richard John Neuhaus). Penderitaan dan wafat Tuhan Yesus memberi kita pengampunan total.

Siapa pun pasti tahu, tidak ada pengampunan yang setara dengan pengampunan dari Allah. Hanya pengampunan dari Dia saja yang dapat menghapus dosa-dosa kita. Namun demikian, pengampunan yang dituntut dari kita selaku anak-anak-Nya ialah melatih sifat-sifat yang "diturunkan" Bapa kepada kita melalui Yesus Kristus. Sikap mau mengampuni dengan sepenuh hati adalah sikap yang membawa kita kepada hidup yang penuh sukacita dan damai sejahtera.  

Dari sekian banyak kata dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus, yang ditegaskan ulang justru tentang pengampunan. Mengapa demikian?

Ini membawa kita pada pemahaman bahwa hal mendasar untuk tercipta perdamaian adalah pengampunan. Bahwa persekutuan seseorang dengan Tuhanlah yang menghasilkan perasaan damai. 

Pengampunan merupakan perwujudan dari Allah yang Maha Kuasa, seperti yang ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 277) “Tuhan menunjukkan kemaha-kuasaan-Nya dengan menobatkan kita dari dosa-dosa kita dan dengan membuat kita menjadi sahabat-sahabat-Nya lagi melalui rahmat-Nya.” Hanya Allahlah yang dapat memberikan rahmat pengampunan kepada umat manusia. Rahmat pengampunan ini menjadi pembuka untuk keselamatan manusia, yang menuntun manusia ke Surga.


Doa :

Allah yang Maharahim, ampunilah kami orang berdosa ini. Bukalah hati kami dan berilah rahmat-Mu agar kami mampu mengampuni sesama kami. Semoga sukacita dan damai sejahtera yang Kau berikan dapat kami nikmati dalam persekutuan dengan Putera-Mu yang hidup dan berkuasa bersama Roh Kudus kini dan sepanjang segala masa. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang