(Renungan) Hidup dari Sabda

Hidup dari Sabda 
(Lindawati)



Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.” 
(Yoh. 8 : 31)



Kalender Liturgi Rabu, 29 Maret 2023
Bacaan Pertama : Dan. 3 : 14-20, 24-25, 28
Mazmur Tanggapan : Dan. 3 : 52-56
Bacaan Injil : Yoh. 8 : 31-42


Yesus berbicara mengenai karakter “murid sejati” yaitu seseorang yang menghayati sabda-Nya dan menemukan tujuan hidupnya dalam pewahyuan Allah di dalam diri-Nya. Untuk itu dia perlu mengikatkan diri dan hidup dari sabda-Nya. Itulah inti seluruh kehidupan murid Yesus supaya benar-benar menjadi orang merdeka. Kemerdekaan tersebut adalah kebebasan yang dianugerahkan Allah untuk bertahan dalam kesetiaan kepada kehendak-Nya.

Meninggalkan banyak hal namun berjalan bersama Yesus dan berpijak di telapak kaki-Nya. Dalam kesatuan tersebut seorang murid akan bersukacita ketika mengalami penolakan karena  merasa ambil bagian dalam penderitaan-Nya.

Ketika saya mendengar lagu persembahan Puji Syukur 382, kontemplasi tertuju kepada St. Ignatius Loyola : “Ambillah Tuhan, kemerdekaanku dan kehendak, serta pikiranku…." Syair itu melukiskan betapa mendalamnya kasih dan cintanya kepada Allah Bapa dan ciptaan-Nya. Penampakan yang menempatkannya di samping Kristus untuk melayani Gereja, semakin memicu semangatnya menemukan Allah di dalam hidupnya dan komitmen menjadi murid dengan spiritualitas hidup dari sabda-Nya. Ajarannya ditulis dalam buku “latihan rohani” yang digunakan sebagai konstitusi Serikat Yesus.

Spiritualitasnya mendorong saya untuk belajar hidup dari sabda-Nya. Ternyata saya tidak mudah memahami sabda-Nya. Mungkin saya baca secara harfiah sehingga hanya menghantar kepada pintu sabda-Nya dan Kitab Suci tidak berbicara kepada saya. Padahal sabda Allah adalah “sabda hidup yang kekal” yang merubah hidup manusia seperti yang difirmankan-Nya. Semoga dengan pertolongan Roh Kudus, saya dapat memasuki sabda-Nya sehingga menjadi Sabda Kehidupan yang menumbuhkan iman akan pengenalan sejati akan Allah.

Dalam masa Pra-Paskah ini, semoga kita mampu mengenali jati diri kita sebagai milik Allah karena hidup dari sabda-Nya. Dengan meneladani spriritualitas Ignatian hendaknya panggilan hidup kita menuju kesempurnaan kasih, kesucian dan hidup kristiani. Untuk menjadi suci kita harus terus berusaha mencari jalan baru untuk mengembangkan kesejahteraan bersama. Semoga keteladanan St. Ignatius de Loyola membantu kita melakukan aksi nyata, demi kemuliaan Allah yang besar (Ad Maiorem Dei Gloriam).


Doa :

Ya Yesus, kami bersyukur atas karunia kasih-Mu dalam hidup kami. Tuntunlah hidup kami agar selalu berpaut pada sabda-Mu dan bimbinglah dalam melaksanakannya. Sebab Engkaulah Tuhan dan Juru Selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang