(Renungan) Kasih dalam Penghakiman

Kasih dalam Penghakiman
(Widyawati)


“Aku pun tidak menghukum engkau. 

Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

(Yoh. 8 : 11b)



Kalender Liturgi Senin, 27 Maret 2023

Bacaan Pertama : T. Dan. 13 : 41c-62

Mazmur Tanggapan : Mzm. 23 : 1-3a, 3b-4, 5, 6

Bacaan Injil : Yoh. 8 : 1-11


Kedua bacaan hari ini sama-sama bercerita tentang perempuan yang dikatakan melakukan perzinahan. Bacaan pertama tentang Susana yang difitnah melakukan perzinahan karena menolak ajakan tidur oleh kedua orang tua-tua. Di bacaan Injil ada seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya, dibawa ke hadapan Yesus karena kedapatan berbuat zinah sehingga hendak dihukum rajam. Susana yang menjadi korban fitnah berseru meminta pembelaan Allah, sementara perempuan yang berzina hanya terdiam menunggu hukumannya. Namun kemurahan hati Allah tetap menjangkau mereka berdua. Bagi Susana yang tidak bersalah maupun bagi perempuan yang berzinah, bagi yang berteriak minta tolong maupun bagi yang diam karena berdosa, Tuhan menolong mereka berdua. 


Di dunia nyata, pasti Tuhan dikatakan pilih kasih. Mana ada pengadilan membebaskan orang bersalah? Namun itulah Tuhan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengampun. Yesus menginginkan pertobatan wanita yang berzinah, bukan menginginkan nyawanya. S elain ituTuhan kita bukanlah hakim sembarang hakim. KeadilanNya mutlak, karena Tuhan mengetahui isi hati manusia. Yesus mengetahui  bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak datang kepada-Nya untuk mempertobatkan perempuan berzinah itu atau meminta keadilan. Mereka bertanya dengan maksud mencobai Yesus, menunggu Yesus membuat kesalahan di kasus ini. Namun mereka harus kecewa dengan jawaban Yesus yang bijaksana, yang memaksa mereka untuk berintropeksi tentang dosa-dosa mereka dahulu sebelum ingin menghukum orang lain.


Ada kalanya hidup kita seperti Susana: dicemburui, dijahati, dikucilkan, bahkan difitnah. Kita bisa mencontoh Susana yang tetap teguh melakukan yang benar dan memohon pertolongan Tuhan. Di lain waktu kita mungkin terjangkit virus ahli Taurat dan orang Farisi yang membuat kita mudah menghakimi dan berkeinginan menghukum orang lain. Kita wajib intropeksi dahulu sebelum  menuding kesalahan orang lain. Namun sebaliknya jika kita mungkin suatu saat  membuat dosa yang rasanya tak terampuni, jangan menjadi putus asa. Tuhan tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannyalah Aku berkenan, supaya ia hidup (Yeh. 33:11). 



Doa:  

Ya Bapa, berikan kami keberanian seperti Susana melawan kejahatan. Juga kerendahan hati untuk berintrospeksi sebelum menghakimi dan iman untuk selalu percaya bahwa Engkau selalu menerima pertobatan kami tanpa syarat. Amin.

ELASKASIH YANG MENGAMPUNI – Seminari San Dominggo – Hokeng

https://seminarihokeng.sch.id/wp-content/uploads/2020/03/unnamed-2-2.jpg




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang