(Renungan) Dukacitaku, Sukacitaku

Dukacitaku, Sukacitaku
(Eviantine Evi Susanto)


Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” 
(Yoh. 16 : 20)


Kalender Liturgi Jumat, 19 Mei 2023
Bacaan Pertama : Kis. 18 : 9-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 47 : 2-3, 4-5, 6-7
Bacaan Injil : Yoh. 16 : 20-23a


Bacaan liturgi hari ini bercerita tentang penderitaan yang akan dialami oleh semua pengikut Yesus. Dulu murid-murid Yesus mengalami banyak penderitaan dalam memberitakan firman-Nya. Ketika Paulus mengajarkan firman Allah di kota Korintus, ia ditangkap dan diadili untuk suatu pelanggaran yang bertentangan dengan hukum. Tetapi Tuhan Yesus juga berpesan agar para murid-Nya jangan takut karena Ia akan menyertai mereka.

Seorang perempuan juga telah dikodratkan untuk merasakan dukacita, sakit atau susahnya, pada saat waktunya telah tiba untuk ia melahirkan. Tetapi segala kedukaan, kesusahan itu terlupakan dan terbayarkan semua, ketika bayi yang dinantikannya selama 9 bulan itu terlahirkan dengan selamat ke dunia ini. 

Saya pernah mengalami 2 kali dukacita yang mendalam. Ketika di tahun 1999, pada kehamilan yang pertama janin bayi yang saya kandung selama 4 bulan itu tidak berkembang dan harus digugurkan demi alasan medis. Tahun 2012 pada kehamilan yang ke-4, saya kembali mengalami keguguran janin bayi yang baru berusia 3 bulan. Karena kecangihan alat kedokteran saat itu saya sudah bisa mendengarkan serta merasakan bunyi detak jantung kehidupan di dalamnya. Sedih yang mendalam dan perasaan bersalah sebagai seorang ibu bercampur menjadi satu saat itu.

Di balik dukacita ini, saya percaya Yesus menjanjikan suatu sukacita yang membuat saya tidak akan ingat lagi akan kesedihan yang telah terjadi. Sebagai ganti kedukaan itu, Tuhan memberikan saya 2 anak yang cantik, ganteng, baik, cerdas dan rajin dari kehamilan yang ke 2 dan ke 3. Dukacita ini memberikan saya pelajaran dan arti suatu kehidupan yang harus selalu dijaga dan sukacita yang mendalam memberikan saya semangat untuk menjalani kehidupan ini dengan lebih baik.


Doa:

Tuhan ampunilah dosa-dosaku, berkatilah dan terimalah dalam kedamaian abadi bersama-Mu di surga, janinku, bayiku yang tak sempatku lahirkan kedunia ini. Tuhan terima kasih atas berkat yang berlimpah yang Kau berikan kepadaku dan keluargaku. Amin. 

https://plus.unsplash.com/premium_photo-1661569203603-957fc6e4a69a?ixlib=rb-4.0.3&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxzZWFyY2h8MXx8Ym95JTIwYW5kJTIwZ2lybHxlbnwwfHwwfHw%3D&auto=format&fit=crop&w=500&q=60


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang